Lihat ke Halaman Asli

Anggi Kristina Agustin

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi(24107030147)

Bali di Tanah Jawa: Pantai Ngobaran dan Simfoni Kepercayaan

Diperbarui: 18 Mei 2025   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keindahan pantai Ngobaran seperti suasana di Bali (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Jika Jogja selama ini dikenal dengan Malioboro, keraton, dan gudeg hangat yang tersaji dalam suasana khas Jawa, maka Pantai Ngobaran adalah narasi lain yang membisikkan kisah berbeda. Di ujung selatan Jogja, tersembunyi sebuah pantai yang tak hanya menyuguhkan pemandangan alam, tetapi juga membawa kita menyelami sejarah, spiritualitas, dan toleransi dalam bentuk yang sangat nyata.

Pantai ini, yang terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, pantai ini adalah tempat di mana Jogja menghadirkan sisi lain yang tidak banyak diketahui orang, jauh dari hiruk-pikuk kota.

Pantai Ngobaran mengingatkan kita pada pantai-pantai di Bali, dengan garis pantai yang memikat, tebing-tebing batu karang yang tinggi, dan laut biru yang membentang luas. Pasir putih yang menghampar di sepanjang bibir pantai, ditambah dengan ombak besar yang menghantam batu karang, menciptakan pemandangan alam yang sangat memukau. Begitu kamu tiba di pantai ini, kamu akan merasa seakan berada di tempat yang penuh dengan energi positif.

Namun, yang membuat Ngobaran berbeda dengan pantai-pantai lain adalah atmosfer spiritual yang sangat terasa. Di sini, suasana Bali sangat kental, di mana tidak hanya pemandangan alamnya yang memukau, tetapi juga adanya pura Hindu yang dibangun menghadap laut. Pura ini tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat spiritualitas yang sering digunakan untuk berbagai upacara adat, seperti Melasti, yang merupakan upacara pembersihan diri dan alam yang dilakukan umat Hindu menjelang Hari Raya Nyepi.

Kehadiran pura di tepi laut adalah elemen yang memberikan nuansa Bali pada Pantai Ngobaran. Di Bali, pura-pura yang terletak di tepi laut selalu memiliki kesan sakral dan mendalam, dan di Ngobaran, kamu akan merasakan aura yang sama di mana laut dan langit bersatu dengan ritual-ritual keagamaan yang memberikan rasa damai dan penuh penghormatan kepada alam.

Patung-patung hindu yang terdapat di tepi pantai Ngobaran (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Nama "Ngobaran" sendiri berasal dari kata "kobaran", yang berarti api yang membara. Menurut legenda yang berkembang di masyarakat, pantai ini merupakan tempat terakhir Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, yang memilih untuk moksa atau membakar dirinya sendiri sebagai bentuk penyerahan diri. 

Konon, setelah mengalami kekalahan dalam pertarungan politik dan memilih untuk tidak mengikuti perubahan agama, Prabu Brawijaya V memilih mengasingkan diri ke tempat yang jauh dari hiruk-pikuk dunia. Di sinilah ia menghilang, tidak hanya secara fisik, tetapi secara spiritual, dalam sebuah upacara pembakaran diri yang sangat sakral.

Namun, yang membuat pantai ini semakin unik adalah keberadaan sebuah masjid kecil yang berdiri berdampingan dengan pura. Masjid ini tidak menghadap ke arah barat seperti kebanyakan masjid pada umumnya, tetapi menghadap ke laut, seakan menandakan hubungan spiritual yang lebih dalam antara manusia dan alam. Tidak jauh dari pura dan masjid, terdapat juga tempat ibadah Kejawen, yang digunakan oleh penganut ajaran Jawa tradisional untuk berdoa dan melakukan ritual mereka.

Keberadaan tempat ibadah dari berbagai agama ini menggambarkan bagaimana toleransi beragama dapat tumbuh di tengah masyarakat yang menghargai perbedaan. Di sini, agama dan kepercayaan tidak menjadi pemisah, melainkan justru memperkaya pengalaman spiritual setiap pengunjung yang datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline