Harga emas kembali merangkak naik. Sehari dua hari ini, orang membaca berita bahwa logam mulia itu sudah berada di puncak tertinggi sepanjang sejarah. Angka demi angka disebutkan di koran, di layar gawai, di siaran televisi. Tetapi di balik angka itu, ada sesuatu yang lebih dalam: emas seakan menyampaikan pesan, bahwa zaman boleh berputar, ekonomi boleh bergoncang, namun emas tetap teguh berdiri di tempatnya.
Menurut laporan Bisnis.com, harga emas Antam di Pegadaian kini menembus Rp 2.143.000 per gram, naik Rp 19.000 dari hari sebelumnya. Sedangkan menurut ANTARA, emas merek UBS berada di Rp 2.075.000, dan Galeri24 lebih terjangkau pada Rp 2.050.000 per gram. Angka-angka ini tidak sekadar berita ekonomi; ia seperti dentang lonceng yang mengingatkan kita, bahwa nilai emas kian berharga dari waktu ke waktu.
Emas tidak pernah menjadi barang baru di hati manusia. Dari negeri-negeri jauh di Timur hingga Barat, emas selalu dipandang sebagai lambang keteguhan. Ia tidak berkarat, tidak lapuk, tidak mudah luluh dihempas zaman. Orang Melayu sejak dahulu sudah berkata: "emas tidak akan hilang kilau meski terendam dalam lumpur." Maka, kala hari ini harga emas meningkat, sebetulnya ia hanya mengingatkan kita pada hakikatnya: ia tetap berharga, tetap teguh, dan tetap memberi tempat bagi siapa saja yang ingin menyimpan masa depannya.
Tabungan untuk Anak yang Masih Kecil
Seorang ayah, bila melihat harga emas naik, akan bertanya dalam hatinya: "Bagaimana anakku kelak?" Ia tahu, doa saja tidak cukup. Cinta saja tidak cukup. Ada masanya anak itu akan menempuh jalan hidupnya sendiri: menuntut ilmu, menikah, membangun rumah tangga. Pada saat itu, bekal yang nyata perlu disiapkan. Bukan sekadar warisan dalam bentuk kata, tetapi juga dalam wujud harta yang bisa menolong langkah pertama mereka.
Seorang ibu pun memahami hal ini. Tatkala ia menimang anaknya di malam hari, ia ingin kelak bila anak itu tumbuh, ia tidak perlu cemas akan biaya sekolah atau biaya kehidupan. Di situlah emas hadir sebagai jawaban. Bukan karena emas membuat seseorang tiba-tiba kaya raya, melainkan karena emas menjamin nilai yang tidak tergerus oleh waktu.
Betapa banyak keluarga kecil yang mampu menyisihkan sedikit dari penghasilan bulanannya untuk membeli emas. Sedikit demi sedikit, sebutir demi sebutir. Dan tatkala tahun berganti, tabungan kecil itu berubah menjadi sesuatu yang besar. Laksana menanam pohon di halaman: mula-mula hanya sebiji benih, namun setelah beberapa tahun, ia menjadi rindang, menaungi siapa pun yang duduk di bawahnya.
Pegadaian: Sahabat Lama Rakyat Kecil
Di Indonesia, Pegadaian telah lama menjadi bagian dari denyut nadi rakyat. Sejak berdiri lebih dari seabad lalu, Pegadaian selalu hadir di tengah kehidupan sederhana: membantu ibu rumah tangga di kala sempit, menolong pedagang kecil saat butuh modal, memberi nafas bagi petani di musim paceklik. Tidak ada yang lebih dekat dengan rakyat jelata, selain lembaga yang selalu siap menolong di kala genting.
Kini, Pegadaian tidak hanya hadir untuk menyelamatkan orang yang kesulitan. Ia juga membuka jalan bagi siapa saja yang ingin menabung emas. Tabungan emas di Pegadaian bukanlah perkara besar, bukan pula perkara orang kaya. Setiap orang bisa memulainya dengan jumlah yang kecil, bahkan sangat kecil. Dari sekadar recehan yang tersisa, menjadi simpanan yang berharga.