Lihat ke Halaman Asli

Andina Perwitasari

HR Practitioner

Orang Kaya Baru dan Ujian Kesombongan

Diperbarui: 17 Februari 2025   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dalam kehidupan, kita sering melihat perubahan drastis dalam sikap seseorang ketika kondisi ekonominya berubah. Saya punya seorang teman yang dulu sederhana, ramah, dan dekat dengan banyak orang. Namun, setelah menikah dengan seseorang yang kaya raya, sikapnya perlahan berubah. Kini, dia cenderung meremehkan orang-orang di sekitarnya dan kerap memamerkan kekayaannya dengan cara yang terkesan berlebihan. Fenomena seperti ini kerap disebut sebagai "orang kaya baru."

Fenomena orang kaya baru bukan hanya tentang perubahan status ekonomi, tetapi juga ujian karakter. Saya pernah mendengarkan kajian dari seorang ulama yang menjelaskan bahwa orang kaya baru yang tidak memiliki pondasi pendidikan dan kesiapan mental yang matang sering kali terjerumus dalam sikap sombong atau norak. Kekayaan yang datang tiba-tiba tanpa pemahaman tentang makna dan tanggung jawabnya, dapat mengubah seseorang menjadi pribadi yang merendahkan orang lain.

Dalam Islam, kekayaan sejatinya adalah amanah. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk berbagi dan membantu sesama. Kesombongan yang muncul karena kekayaan adalah bentuk ujian yang tidak semua orang bisa lalui dengan baik. Sejarah telah mencatat bagaimana banyak orang yang tergelincir karena harta, kehilangan jati diri, dan akhirnya jatuh dalam kehampaan.

Kekayaan yang tidak diiringi dengan pemahaman tentang kehidupan bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, seseorang bisa memanfaatkannya untuk kebajikan, tetapi di sisi lain, kekayaan juga bisa membuat seseorang kehilangan nilai-nilai moralnya. Banyak kasus di mana orang-orang yang dulunya rendah hati, setelah memiliki kekayaan justru berubah menjadi sosok yang angkuh dan sulit didekati. Mereka merasa lebih unggul dari orang lain hanya karena memiliki materi lebih banyak.

Sikap ini bisa menyebabkan perpecahan dalam hubungan sosial. Teman-teman lama menjauh, keluarga merasa tidak dihargai, dan lingkungan sekitar merasa tersisih. Padahal, harta yang dimiliki tidak akan bertahan selamanya. Kekayaan bisa hilang dalam sekejap, tetapi hubungan sosial yang rusak sering kali sulit diperbaiki.

Saya teringat pada sebuah kisah di mana seorang saudagar kaya raya yang dikenal sangat dermawan di masa lalu. Dia selalu berbagi dengan orang-orang di sekitarnya, tidak pernah merasa lebih tinggi dari mereka. Bahkan, dia sering mengajarkan bahwa harta bukanlah segalanya. Namun, ketika dia meninggal, kekayaannya tetap dihormati bukan karena jumlahnya, tetapi karena cara dia menggunakannya untuk kebaikan. Sebaliknya, ada banyak contoh orang kaya yang dikenang bukan karena kebaikannya, melainkan karena kesombongan mereka yang membuatnya dijauhi masyarakat.

Maka dari itu, menjadi kaya bukanlah masalah, tetapi bagaimana kita menyikapi kekayaan itulah yang menentukan kualitas diri kita. Orang yang memiliki pendidikan dan kebijaksanaan akan memahami bahwa kekayaan hanyalah alat, bukan tujuan utama dalam hidup. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki kesiapan akan mudah terjerumus dalam sikap pamer, sombong, dan akhirnya dijauhi oleh lingkungan sekitarnya.

Salah satu cara agar terhindar dari jebakan kesombongan adalah dengan selalu bersyukur dan mengingat bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan. Tidak ada yang benar-benar abadi di dunia ini. Dengan bersyukur, kita bisa lebih menghargai apa yang ada dan tidak merasa perlu membuktikan diri dengan cara yang berlebihan.

Selain itu, penting juga untuk terus belajar dan mengembangkan wawasan. Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga bagaimana kita memahami kehidupan dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Orang yang bijaksana adalah mereka yang memahami bahwa kekayaan bukanlah ukuran kebahagiaan. Justru, semakin banyak harta yang dimiliki, semakin besar tanggung jawab yang harus dijalankan.

Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang bijak dalam menyikapi rezeki yang diberikan. Kekayaan sejati bukan hanya soal materi, tetapi juga tentang bagaimana kita memanfaatkannya dengan cara yang baik dan penuh manfaat bagi sesama. Mari kita terus belajar untuk tidak terjebak dalam kesombongan dan tetap rendah hati dalam setiap pencapaian yang kita raih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline