Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk individu yang mampu beradaptasi dan berkontribusi secara efektif di dunia kerja. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga membentuk sikap, nilai, dan perilaku yang mempengaruhi performa kerja serta perilaku organisasi. Hubungan antara pendidikan, pengalaman dan performa kerja sangat berkaitan. Performa kerja sering diukur melalui kemampuan individu dalam menyelesaikan pekerjaan dan bagaimana mereka memberikan output yang sesuai. Banyak dari syarat pekerjaan, seringkali pelamar harus memiliki tingkat pendidikan atau pelatihan minimum untuk dipertimbangkan (Aulianto et al., 2019). Performa kerja seringkali diukur berdasarkan kemampuan individu untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi pekerjaan. Pendidikan memberikan landasan yang kuat untuk meningkatkan performa kerja.
Meta-analisis menunjukkan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dapat digunakan untuk memprediksi kinerja kerja, hasil pelatihan, peluang promosi, tingkat gaji, dan kesuksesan di sekolah pascasarjana (Aulianto et al., 2019). Menurut Pace & Faules, pendidikan mendukung penguatan arus komunikasi dalam organisasi, terutama melalui pengurangan ketidak jelasan informasi dan pengambilan keputusan berbasis data yang lebih baik. Hal ini relevan untuk meningkatkan efisiensi dan performa kerja (Aamodt & Brazil Mexico, 2016). Pendidikan berperan dalam mengembangkan individu di bidang tertentu, individu yang memiliki latar pendidikan yang baik memungkinkan untuk memiliki performa kerja dalam organisasi yang berkualitas. Dalam hal ini pendidikan menjadi landasan bagi individu untuk melangkah ke tahap selanjutnya dalam kehidupan sehingga membantu individu untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang strategis dan terstruktur.
Tidak hanya pendidikan, ternyata kecerdasan emosi juga memiliki peran yang penting dalam pembentukan karakter individu dan pembentukan performa kerja dan perilaku organisasi. Kemampuan interpersonal dan kecerdasan emosional adalah aspek penting yang dapat ditingkatkan sehingga individu tidak hanya mampu menunjukkan empati yang besar, tetapi juga berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan harmonis. Menurut Pace & Faules pengembangan kecerdasan emosional melalui pendidikan dapat membantu individu dalam memahami kebutuhan orang lain, meminimalkan konflik, serta memperkuat interaksi yang produktif di dalam organisasi (Aulianto et al., 2019) . Maka dari itu hubungan antara karakteristik individu, seperti pendidikan dan keterampilan, dengan produktivitas kerja dan perilaku organisasi yang baik berperan dalam menentukan perilaku seseorang di tempat kerja, yang kemudian berdampak pada efektivitas organisasi secara keseluruhan (Tewal et al., 2017) .
Setiap individu dalam organisasi diharapkan memiliki kemampuan yang mendukung pencapaian tujuan, visi, dan misi organisasi, dimana dalam lingkungan kerja, komunikasi yang efektif menjadi salah satu elemen penting untuk membentuk pribadi yang lebih baik serta mempertahankan etos kerja yang positif (Nofiaturrahmah, 2022). Penting bagi individu untuk membentuk hubungan baik sesama anggota maupun karyawan yang ada di dalam kantor maupun organisasi tertentu. Dalam organisasi yang terdapat banyak orang tentu saja ada yang namanya kerjasama tim, dimana setiap anggota harus bekerja sama dalam satu demi mencapai tujuan bersama. Kerja sama tim, atau yang dikenal sebagai team building, adalah proses serta strategi yang dirancang untuk mencapai visi dan misi perusahaan, kerja sama tim adalah pendekatan kerja kreatif yang didukung oleh komunikasi yang efektif dan kemampuan kolektif dalam menyelesaikan berbagai masalah (Nofiaturrahmah, 2022).
Otonomi pendidikan memberikan kewenangan lebih besar kepada sekolah dan perguruan tinggi untuk mengelola secara mandiri. Dengan kemandirian tersebut, sekolah maupun perguruan tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyusun program dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan serta potensi masing-masing. Pengelolaan lembaga pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi, termasuk dalam hal pengelolaan mutu. Manajemen mutu berfokus pada upaya meningkatkan kualitas kerja, produktivitas, dan efisiensi melalui perbaikan kinerja baik dari segi internal maupun eksternal (Mu’in, 2023). Hal ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan pendidikan anak Indonesia agar penerapan otonomi pendidikan serta manajemen mutu memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap performa kerja dan kemampuan organisasi dalam mengelola berbagai aspek. Penerapan manajemen mutu di lembaga pendidikan dapat menghasilkan output yang terjamin kualitasnya sehingga sistem manajemen ini memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan keinginan konsumen (Mu’in, 2023).
Menurut Ristianah dan Ma’sum, kualitas pendidikan dapat dilihat dari terpenuhinya delapan standar pendidikan yang harus dipenuhi oleh sekolah. Standar-standar tersebut meliputi : 1) standar isi, 2) standar proses, 3) standar penilaian, 4) standar kompetensi lulusan, 5) standar pendidik dan tenaga kependidikan, 6) standar pengelolaan elemen di institusi pendidikan, 7) standar pembiayaan pendidikan, dan 8) standar sarana dan prasarana pendidikan(Mu’in, 2023). Jika mutu tersebut terpenuhi maka sekolah tersebut memiliki sudah memenuhi standar pendidikan yang telah ditetapkan.
Faktanya, pendidikan tidak hanya bisa dilakukan dalam sekolah maupun perguruan tinggi, pendidikan juga bisa dilakukan dalam pekerjaan. Perusahaan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, pelaksanaan setiap aktivitas di perusahaan dapat berlangsung dengan lebih efisien (Gea, 2021). Program pendidikan ini sudah dirancang sesuai dengan visi, misi serta tujuan dari perusahaan sehingga program ini dapat meningkatkan kemampuan individu dan kelancaran operasional perusahaan. Proses kerja akan lebih cepat dan efisien jika ada program tersebut.
Kemajuan dalam performa kerja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan individu dan perilaku organisasi yang positif. Melalui pendidikan individu dapat memiliki pengetahuan, keterampilan sesuai dengan tugas mereka dan memiliki kemampuan dalam mengatur emosi. Pendidikan menjadi elemen dasar yang strategis untuk menghadapi tantangan dan mencapai keberhasilan jangka panjang. Melalui pendidikan, setiap individu memiliki potensi untuk terus tumbuh dan menjadi versi terbaik dari dirinya demi meraih masa depan yang lebih cerah. Individu yang terdidik dengan baik lebih mampu beradaptasi, bekerja secara kolaboratif, dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Sumber Referensi
Aamodt, M. G., & Brazil Mexico, A. (2016). An Applied Approach. www.cengage.com/highered