Lihat ke Halaman Asli

Alip Yog Kunandar

TERVERIFIKASI

Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Belajar, Bekerja, dan Beribadah Selama Ramadan Era Pandemi

Diperbarui: 15 April 2021   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Freepik.com

Pak Dadang, guru SMA Kadungora yang tinggal di Cibangkonol tampak sedang asyik memeriksa deretan pohon pepaya yang berjejer rapi di kebun dekat rumahnya. Pohon-pohon pepaya itu masih pendek tapi tampak sudah pada mulai berbuah. Kabayan yang melintas berhenti. "Pepayanya bagus-bagus Pa, kecil-kecil sudah berbuah..."

Pak Dadang melirik, "Eh, Kang Kabayan. Iya nih. Alhamdulillah, kalau sudah ketemu ilmunya, bisa juga seperti di perkebunan-perkebunan lain yang profesional..."

"Bagaimana bisa Pa, itu semuanya bisa berbuah seperti itu?" tanya Kabayan. "Di kebun saya mah, pepayanya macem-macem, ada yang sudah berbuah, ada yang sudah tinggi tapi cuma keluar kembangnya saja, ada yang sudah lama berbunga tapi nggak jadi buah..."

"Ya itu Kang, segala sesuatu itu ada ilmunya. Kalau kita mau sedikit belajar ternyata nggak susah..." jawab Pak Dadang. "Pepaya itu kan ada tiga jenis. Ada yang jantan, betina, dan juga yang banci. Kalau yang jantan kan selamanya juga nggak bakalan berbuah, cuma berbunga saja. Yang betina juga, kalau nggak diserbuki juga nggak terlalu bagus. Hanya yang banci atau hemaprodit saja yang berbuah bagus kayak gini...."

Kabayan memperhatikan pohon-pohon pepaya itu, semuanya sudah mulai berbuah, "Jadi di sini semuanya pepaya banci? Kok malah yang banci yang bagus ya? Terus yang jantan sama betinanya kemana?"

"Banci itu cuma sebutan gampangnya saja Kang. Istilah ilmiahnya berbunga sempurna, karena ada dalam satu pohon ia punya putik dan benang sarinya sendiri. Jadi tanpa dibantu manusia, akan berbuah dengan sendirinya. Kalau mau belajar, kita malah bisa membedakan yang jantan, betina bahkan dari bibitnya. Bisa dilihat dari akarnya saat mau dipindahkan dari pembibitan..." jawab Pak Dadang.

"Ooh pantesan, punya saya mah asal tabur biji aja Pa, terus bibitnya dipindahin. Saya nggak tau jantan, betina, atau bancinya..." kata Kabayan. "Ajarin saya atuh Pa, biar bagus-bagus kayak gini..."

"Ayo, sini masuk Kang, kebetulan di belakang banyak bibit yang belum saya pindahkan ke kebun..." jawab Pak Dadang.

Kabayan mendekati Pak Dadang dan mengikutinya ke bagian belakang kebun yang sebetulnya tak terlalu luas itu. "Hebat Bapak mah euy, guru masih sempat-sempatnya belajar berkebon kayak gini. Saya aja yang di KTP judulnya 'tani' tapi malah nggak beres-beres taninya..."

"Kita kan masih punya banyak lahan Kang, jadi dengan sedikit belajar kita bisa memaksimalkan hasilnya. Orang kota yang nggak punya lahan saja masih bisa berkebun, apalagi kita!" kata Pak Dadang.

Pak Dadang lalu menunjukkan cara membedakan bibit pepaya dari akarnya. "Nih yang akarnya banyak begini, ini pepaya jantan, sementara yang akarnya tunggal atau sedikit, ini pepaya betina dan bisa jadi hemaprodit. Kalau nantinya keluar betina, tinggal diserbuki saja, pasti berbuah..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline