Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belajar, Bekerja, dan Beribadah Selama Ramadan Era Pandemi

15 April 2021   04:51 Diperbarui: 15 April 2021   04:56 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Dadang, guru SMA Kadungora yang tinggal di Cibangkonol tampak sedang asyik memeriksa deretan pohon pepaya yang berjejer rapi di kebun dekat rumahnya. Pohon-pohon pepaya itu masih pendek tapi tampak sudah pada mulai berbuah. Kabayan yang melintas berhenti. "Pepayanya bagus-bagus Pa, kecil-kecil sudah berbuah..."

Pak Dadang melirik, "Eh, Kang Kabayan. Iya nih. Alhamdulillah, kalau sudah ketemu ilmunya, bisa juga seperti di perkebunan-perkebunan lain yang profesional..."

"Bagaimana bisa Pa, itu semuanya bisa berbuah seperti itu?" tanya Kabayan. "Di kebun saya mah, pepayanya macem-macem, ada yang sudah berbuah, ada yang sudah tinggi tapi cuma keluar kembangnya saja, ada yang sudah lama berbunga tapi nggak jadi buah..."

"Ya itu Kang, segala sesuatu itu ada ilmunya. Kalau kita mau sedikit belajar ternyata nggak susah..." jawab Pak Dadang. "Pepaya itu kan ada tiga jenis. Ada yang jantan, betina, dan juga yang banci. Kalau yang jantan kan selamanya juga nggak bakalan berbuah, cuma berbunga saja. Yang betina juga, kalau nggak diserbuki juga nggak terlalu bagus. Hanya yang banci atau hemaprodit saja yang berbuah bagus kayak gini...."

Kabayan memperhatikan pohon-pohon pepaya itu, semuanya sudah mulai berbuah, "Jadi di sini semuanya pepaya banci? Kok malah yang banci yang bagus ya? Terus yang jantan sama betinanya kemana?"

"Banci itu cuma sebutan gampangnya saja Kang. Istilah ilmiahnya berbunga sempurna, karena ada dalam satu pohon ia punya putik dan benang sarinya sendiri. Jadi tanpa dibantu manusia, akan berbuah dengan sendirinya. Kalau mau belajar, kita malah bisa membedakan yang jantan, betina bahkan dari bibitnya. Bisa dilihat dari akarnya saat mau dipindahkan dari pembibitan..." jawab Pak Dadang.

"Ooh pantesan, punya saya mah asal tabur biji aja Pa, terus bibitnya dipindahin. Saya nggak tau jantan, betina, atau bancinya..." kata Kabayan. "Ajarin saya atuh Pa, biar bagus-bagus kayak gini..."

"Ayo, sini masuk Kang, kebetulan di belakang banyak bibit yang belum saya pindahkan ke kebun..." jawab Pak Dadang.

Kabayan mendekati Pak Dadang dan mengikutinya ke bagian belakang kebun yang sebetulnya tak terlalu luas itu. "Hebat Bapak mah euy, guru masih sempat-sempatnya belajar berkebon kayak gini. Saya aja yang di KTP judulnya 'tani' tapi malah nggak beres-beres taninya..."

"Kita kan masih punya banyak lahan Kang, jadi dengan sedikit belajar kita bisa memaksimalkan hasilnya. Orang kota yang nggak punya lahan saja masih bisa berkebun, apalagi kita!" kata Pak Dadang.

Pak Dadang lalu menunjukkan cara membedakan bibit pepaya dari akarnya. "Nih yang akarnya banyak begini, ini pepaya jantan, sementara yang akarnya tunggal atau sedikit, ini pepaya betina dan bisa jadi hemaprodit. Kalau nantinya keluar betina, tinggal diserbuki saja, pasti berbuah..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun