Lihat ke Halaman Asli

Puncak Paralayang Megasari, Tempat Wisata yang Gak Wisata-wisata Amat

Diperbarui: 10 September 2018   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spot Sunset|Dokumentasi pribadi

Saat kalian melewati jalan arah Bondowoso-Banyuwangi melalui jalur Ijen, kalian tidak akan mudah menemukan penunjuk arah/plang bertuliskan "Megasari" kalau kalian tidak jeli melihat apalagi sedang asyik bergurau dengan pacar diatas tunggangan besi bertuliskan Jialing. 

Megasari terletak di Sempol, Bondowoso. Puncak Megasari adalah tempat wisata (katanya) atau bisa dibilang sport spot area untuk olahraga paralayang. Seperti yang sudah saya tuliskan tadi, Puncak Paralayang Megasari tidak akan mudah terlihat oleh pandangan kalian. 

Kenapa? Pertama karena tulisan "Megasari" tidak bakal terlihat karena tulisannya terletak di jalan yang menanjak dan berliku. 

Kedua, tidak ada tulisan "Megasari" saat kalian masuk ke area tempat menuju puncak. Saya sampai bertanya-tanya dan uring-uringan, "ini tempat wisata atau bukan sih?". Ndilalah kami melewati jalan tersebut saat memasuki waktu adzan magrib. Horor tapi memang harus dilalui. 

Kami berangkat dengan rombongan yang cukup banyak, sekitar 18 orang dengan menggunakan motor, kurang empat orang lagi sudah bisa menggelar pertandingan sepak bola. 

Kemudian kami memulai perjalanan dengan sedikit rasa ndredek, bagaimana tidak, kanan-kiri kami adalah hutan dan jurang, ditambah dengan jalan bebatuan dan bertanah yang dalam bagaikan trek untuk lomba grasstrack. 

Pagi Hari|Dokumentasi pribadi

Tentu medan seperti itu sangat menyulitkan, belum lagi kami membawa peralatan seperti tenda & terpal yang merepotkan untuk dibawa. Setelah 1,5 jam berkompetisi dengan jalan yang susah dan berdebu, kami sampai juga di pos pertama. 

FYI, Megasari adalah sebuah nama perkampungan yang ada dibawah pos tersebut, ya sekitar 1 kilometer lah jika ingin ke perkampungan tersebut. Nahas sekali, 2 motor kami hampir kehabisan bensin, dan kami disarankan untuk membeli bensin ke perkampungan itu. Dan kami pun iya-iya saja, karena memang sudah kewajiban jika motor sudah haus. 

Dengan kondisi remang-remang kami menuruni jalan tersebut, dan ternyata jalannya terjal sekali, hingga perut dan tangan kami seperti merasakan getaran periodik layaknya terapi penyusutan lemak. Kram perut dan tangan kami rasakan. 

Selanjutnya kami naik keatas untuk bergabung bersama rombongan. Dan kami menuju puncak dengan semangat dan tak lupa jalan yang terjal pula. Akhirnya kami sampai di Puncak Paralayang Megasari

E-Spesia| Dokumentasi pribadi

Kami menghabiskan malam di puncak untuk berkemah dan menikmati kencangnya angin Megasari. Tak dipungkiri karena memang tempat untuk olahraga paralayang yang mengandalkan angin. 

Semua seperti terbayarkan dengan keindahan sunsetnya, keindahan gunungnya, kengerian malamnya, dan keindahan perjalanan yang tak terlupakan. Yen pengen uripmu mulyo yo nang Megasari wae~.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline