Semarang -- Suasana Masjid Al-Munir, Dusun Ngendo, Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, tampak lebih ramai setiap ba'da Maghrib. Deretan anak-anak kecil bergegas menuju serambi masjid, membawa Al-Qur'an dan buku doa. Mereka bukan sekadar datang untuk mengaji, tetapi juga merasakan pengalaman belajar baru bersama mahasiswa KKN MIT 20 UIN Walisongo Semarang.
Program kerja yang diinisiasi oleh Divisi Pendidikan ini menjadi salah satu kegiatan rutin yang sangat ditunggu-tunggu oleh para santri TPQ Al-Kautsar. Dipimpin oleh Nur Hofifah selaku koordinator, mahasiswa KKN secara bergiliran mengajar santri setiap hari Senin hingga Rabu selepas Maghrib. Materi yang diberikan pun beragam, mulai dari membaca Iqra', memperbaiki tajwid, menghafal doa-doa harian, hingga penguatan akhlak Islami.
Kegiatan sederhana ini ternyata membawa energi baru. Tidak hanya menambah pengetahuan santri, tetapi juga menciptakan interaksi hangat antara mahasiswa dengan masyarakat. Metode pengajaran yang lebih kreatif---seperti kuis, tanya jawab ringan, hingga permainan edukatif---membuat anak-anak semakin antusias mengikuti TPQ.
Menurut Nur Hofifah, program ini lahir dari kepedulian mahasiswa terhadap pendidikan keagamaan di desa.
"Kami ingin menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan. Mengajar di TPQ setiap ba'da Maghrib bukan hanya tugas KKN, tapi juga bentuk pengabdian untuk menanamkan kecintaan anak-anak terhadap Al-Qur'an sejak dini," ungkapnya.
Apresiasi pun datang dari Pak Qowhim, pengajar tetap di TPQ Al-Kautsar. Ia menilai kehadiran mahasiswa sangat membantu, terutama dalam menghidupkan semangat belajar santri.
Santri TPQ Al-Kautsar saat mengikuti kegiatan belajar selepas Maghrib bersama mahasiswa KKN MIT 20 UIN Walisongo (Dokumentasi Pribadi/KKN MIT 20 UIN W
"Alhamdulillah, anak-anak terlihat semakin bersemangat. Cara mahasiswa mengajar berbeda, lebih interaktif dan dekat dengan dunia anak-anak. Kami sangat terbantu dengan program ini," tuturnya.
Selain memberi manfaat bagi santri, program mengajar ini juga berdampak positif bagi mahasiswa KKN sendiri. Mereka belajar sabar, melatih kemampuan mengajar, sekaligus merasakan langsung bagaimana tantangan mendidik anak-anak di tingkat dasar. Hal ini menjadi bekal berharga bagi mereka, baik sebagai calon pendidik maupun sebagai generasi muda yang peduli terhadap masyarakat.
Bagi warga Dusun Ngendo, kegiatan ba'da Maghrib ini bukan sekadar rutinitas. Kehadiran mahasiswa membuat masjid lebih hidup, suara lantunan ayat suci Al-Qur'an semakin semarak, dan suasana religius semakin terasa. Program ini pun diharapkan menjadi kenangan indah sekaligus meninggalkan jejak kebaikan yang berkelanjutan, meski masa KKN nantinya telah usai.