Lihat ke Halaman Asli

Akbar Pitopang

TERVERIFIKASI

Berbagi Bukan Menggurui

Mengintip Pelajaran Coding di Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 30 Juli 2025   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini ternyata belum semua sekolah mengadakan pelajatan coding. (KOMPAS/HERYUNANTO)

Bayangkan jika siswa SD sudah bisa membuat game sederhana, membuat animasi interaktif, atau bahkan mengenali cara kerja kecerdasan artifisial. Tampaknya ini adalah masa depan yang sedang dijajaki oleh sebagian sekolah di Indonesia lewat pelajaran coding. Namun, ternyata belum semua sekolah berkesempatan mengajarkan mata pelajaran yang satu ini.

Saat ini, pelajaran coding baru diajarkan di sekolah-sekolah tertentu yang dimulai dari Kelas 5 untuk jenjang SD. Sekolah-sekolah tersebut sebagian besar adalah penerima dana Bantuan Operasional Sekolah Kinerja (BOSP) yang memenuhi kriteria tertentu.

Menurut Keputusan Dirjen GTK Dikdasmen Nomor 5/B/HK.03.01/2025, coding dan kecerdasan artifisial (KA) ditetapkan sebagai mata pelajaran pilihan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tapi implementasinya? Belum merata. Masih terbatas di sekolah-sekolah yang memiliki kesiapan baik dari sisi guru, fasilitas, maupun pendanaan.

Antara Butuh atau Belum Butuh

Namun, urgensi mengajarkan coding sudah sangat tinggi. Dunia bergerak cepat, teknologi semakin mendominasi, dan generasi muda butuh bekal untuk tidak hanya menjadi pengguna tapi juga pencipta.

Mengajarkan coding sejak dini adalah strategi untuk membangun cara berpikir sistematis dan logis. Siswa belajar tentang pemecahan masalah (problem solving), berpikir komputasional, dan kreativitas digital.

Coding juga melatih ketekunan, kolaborasi, dan trial-and-error yang bisa menjadi pondasi karakter tangguh bagi anak-anak di masa depan. Tentunya ini bukan pelajaran biasa sebab ini adalah pembelajaran lintas mata pelajaran.

Nah, tantangan terbesar saat ini datang dari sisi pemerataan. Tidak semua sekolah punya akses yang sama terhadap infrastruktur, pelatihan guru, dan modul pembelajaran coding.

Inilah mengapa pelatihan guru sangat krusial. Berdasarkan juknis resmi dari Kemendikdasmen, guru yang akan mengajar coding harus melalui pelatihan intensif yang mencakup konsep dasar pemrograman, etika KA, dan pedagogi pembelajaran digital. Itu adalah langkah awalnya.

Pelatihan ini sendiri dilakukan dengan pendekatan flipped classroom. dimana guru belajar mandiri terlebih dahulu lewat platform LMS. lalu mengikuti sesi tatap muka untuk diskusi dan praktik.

Dalam pelatihan, guru diajarkan untuk tidak hanya memahami teori tetapi juga mengembangkan proyek berbasis coding yang aplikatif dalam konteks pembelajaran kelas mereka. Proyek itu bisa sesederhana membuat animasi, simulasi eksperimen IPA, hingga mengenalkan data sederhana dalam bentuk visual interaktif. Seru, bukan?

Tergantung Dana BOS

Dana BOS menjadi ujung tombak pendanaan pelatihan ini. Sekolah yang masuk daftar penerima BOSP dan telah menyusun RKAS kemudian menganggarkan dana pelatihan guru bisa mengikutkan gurunya dalam pelatihan Koding dan KA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline