Lihat ke Halaman Asli

Akbar Tanjung

Dreams to Plan, Plan to Action, Action to Goal, and Goal to Dreams

Inspirasi dari Wanita Paruh Baya, Aku Memanggilnya "Mama"

Diperbarui: 11 Agustus 2018   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: wajibbaca.com

Saya terharu mendengar cerita perjuangannya. Apalagi menyaksikan sendiri kesehariannya, begitu menyayat hati. Dia seorang wanita paruh baya, hidup menjanda bersama keempat anaknya. Bangga? Tentu iya, saya harus akui jika dia seorang wanita luar biasa. Dia srikandi bagi keluarga, kebanggaan anak-anaknya. Wanita itu ibu saya, Aku memanggilnya "Mama".

Mama, sosok wanita yang menginspirasi saya. Bukan karena kasih sayangnya, bukan pula karena cintanya kepada anak-anaknya, tapi karena perjuangannya. Dengan segala kemampuannya, ia bekerja keras dan ikhlas dalam memberikan tanggungjawabnya kepada anak-anaknya.

Mama tak pernah memaksa kami untuk bekerja. Dia selalu mengingatkan kepada kami untuk giat sekolah dan belajar. Di depan anak-anaknya, ia tak pernah mengeluh meski sebenarnya pekerjaan yang ia tekuni begitu berat.

Berkebun dan berdagang merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan Mama. Itu sudah menjadi sumber penghidupan keluarga kami. Setiap Selasa, Kamis dan Minggu ia berdagang di pasar sementara hari lainnya ia gunakan untuk berkebun.

Kebun dan Pasar, Rumah Kedua bagi Mama 

Pernahkan Anda mengalami bagaimana rasanya jika menyebrangi dua sungai setinggi dada? Jika kalian seorang wanita, mampukah Anda melakukannya? Belum lagi jika kalian harus memikul beban di atas kepala, kuatkah Anda?

Mama melakukan itu semua. Ia harus menyebrangi dua sungai untuk sampai ke kebun. Dengan segala kekuatan dan pengalamannya, ia bisa menaklukkan kedua sungai itu. Hampir setiap hari Mama melakukannya. Sungai sudah menjadi teman sejatinya.

Kebun sudah menjadi rumah kedua bagi Mama. Kebun itu merupakan peninggalan Almarhum Ayah. Kebun tersebut berisi tanaman coklat, merica, jagung dan jeruk nipis. Hasil panen dari coklat, merica, jangung dan jeruk nipis diperdagangkan di pasar. Setiap kali berangkat ke kebun, Mama memikul hasil panen tersebut untuk dibawa pulang. Bisa dibayangkan, jika berat beban tersebut mencapai 10-20 kg. Sungguh, Mama wanita luar biasa!

Hasil panen kebun yang dijual di pasar digunakan untuk membiayai kebutuhan pangan sehari-hari dan pendidikan anaknya. Dua dari empat bersaudara sudah mengenyam pendidikan. Saat itu saya sudah duduk di bangku SMP sementara adik saya duduk di bangku SD. Kakak perempuan saya hanya menamatkan pendidikan SMA dan memilih untuk menikah muda. Adik bungsu saya masih berumur 5 tahun. 

Prestasi Hingga Lanjut ke Perguruan Tinggi

Saat memasuki pendidikan SMP, saya diasuh oleh nenek. Namun biaya sekolah saya sepenuhnya ditanggung oleh Mama. Selama enam tahun saya tinggal bersama nenek hingga lulus SMA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline