Lihat ke Halaman Asli

Mendaki Sumbing, Menemukan Diri: Perjalanan Dua Hari yang Tak Terlupakan.

Diperbarui: 5 Oktober 2025   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama start pendakian gunung sumbing via banaran

Pada tanggal 6 April 2025, saya memulai perjalanan menuju Gunung Sumbing bersama dua sahabat saya, Satria dari Semarang dan Delon dari Sukoharjo. Kami bertiga telah lama merencanakan pendakian ini, dan akhirnya hari itu tiba juga. Gunung Sumbing yang memiliki ketinggian 3.371 meter di atas permukaan laut memang sudah lama menjadi impian kami. Jalur Banaran menjadi pilihan karena pemandangannya yang indah dan suasananya yang masih alami.

Kami berangkat pagi-pagi sekali Sesampainya di sana sekitar pukul 07.00 pagi, kami langsung melakukan registrasi pendakian dan memeriksa perlengkapan — mulai dari tenda, matras, logistik, hingga peralatan masak. Cuaca saat itu cerah, dengan angin sejuk yang menandakan hari yang sempurna untuk mendaki.

Pendakian dimulai pada pukul 08.00 pagi. Jalur awal didominasi perkebunan warga dan pepohonan pinus yang meneduhkan. Kami mendaki perlahan sambil sesekali berhenti untuk berfoto. Satria yang paling bersemangat sering menjadi pemimpin jalur, sementara Delon lebih santai di belakang, memastikan tidak ada yang tertinggal. Suasana pendakian terasa hangat dengan canda tawa dan cerita lucu sepanjang jalan.

Plakat Selamat datang

Memasuki Pos 1 dan Pos 2, jalur mulai menanjak lebih curam dengan tanah lembap dan bebatuan besar. Kami sempat beberapa kali beristirahat untuk mengatur napas dan menikmati pemandangan lembah di bawah yang mulai tertutup kabut tipis. Udara semakin dingin, tapi semangat kami tetap tinggi. Sekitar pukul 15.30 sore, setelah menempuh perjalanan cukup panjang, kami tiba di Pos 3, tempat kami bermalam.

Area Pos 3 cukup luas dan datar, cocok untuk mendirikan tenda. Kami segera menyiapkan tempat tidur dan memasak makan malam sederhana dari mie instan dan sosis. Setelah makan, kami duduk santai di depan tenda sambil berbagi cerita tentang perjalanan dan rencana esok hari. Angin malam berhembus lembut, membawa suara serangga yang menenangkan. Langit begitu cerah, bertabur bintang, dan suasananya terasa damai sekali.

Keesokan harinya, kami bangun sebelum matahari terbit untuk melanjutkan pendakian menuju puncak. Dengan langkah pelan namun pasti, kami menapaki jalur berbatu di sekitar Segoro Banjaran. Perjalanan menuju puncak cukup menantang, namun setiap langkah membawa rasa bangga tersendiri. Saat matahari muncul dari balik awan, puncak Sumbing akhirnya terlihat di depan mata.

Foto Sabana segoro banjaran

Sesampainya di puncak, rasa lelah terbayar lunas. Pemandangan luar biasa terpampang luas — Gunung Sindoro berdiri megah di kejauhan, sementara kabut menari di antara lembah. Kami berfoto bersama, menikmati momen kemenangan kecil yang tak akan terlupakan.

Foto Bersama dipuncak Rajawali 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline