Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

LCGC di Simpang Jalan, Antara Harga dan Fungsi Industri

Diperbarui: 7 Oktober 2025   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toyota Agya GR Sport. (KOMPAS.com/Adityo Wisnu)

Banyak orang masih penasaran soal LCGC. Dulu mobil ini seolah jadi jawaban sederhana untuk keluarga yang ingin punya mobil pertama. Harganya ramah kantong.

Sekarang situasinya berubah. LCGC tidak lagi semurah dulu. Wajar kalau muncul pertanyaan: masih perlu tidak, sih?

Pertanyaannya masuk akal, tapi cara kita melihatnya sering meleset. Menilai LCGC hanya dari harga itu terlalu sempit. Kita kerap lupa alasan mobil ini lahir.

LCGC bukan sekadar mobil murah. Ia bagian dari proyek industri besar.

Sejak awal pemerintah menargetkan lahirnya basis industri otomotif yang kuat di dalam negeri. Itu tertulis jelas dalam program KBH2 (Kementerian Perindustrian, 2013).

Program ini memang disiapkan untuk menarik investasi besar, nilainya miliaran dolar. Dampaknya terasa ke lapangan kerja, puluhan ribu orang terserap.

Pabrik komponen lokal tumbuh. Jumlahnya sampai ratusan pemain baru.

Dari sisi ini, hasilnya nyata. Fondasi industri terbentuk, ekosistem otomotif lokal jadi lebih hidup.

Ini bukan sekadar cerita mobil murah. Ini cerita membangun industri.

Lalu kenapa harga naik terus? Inflasi jelas berperan. Harga bahan baku bergerak, biaya produksi ikut berubah.

Ada faktor lain yang tidak kalah penting. LCGC generasi sekarang jauh lebih matang dibanding awal kemunculannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline