Belakangan ini, masyarakat ramai membicarakan kenaikan harga ayam di pasaran. Dari pedagang warung makan hingga ibu rumah tangga, semua ikut merasakan dampaknya. Menariknya, lonjakan harga ini disebut-sebut berkaitan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan pemerintah.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa kenaikan harga ayam bisa jadi memang berkaitan dengan meningkatnya permintaan akibat program tersebut. Ia mengungkapkan, satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) melayani sekitar 3.000 penerima manfaat setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan menu bergizi, dibutuhkan sekitar 350 kilogram ayam dan 3.000 butir telur per hari. Jika dikalikan dengan jumlah SPPG di seluruh Indonesia, maka kebutuhan ayam nasional meningkat pesat dalam waktu singkat.
Fenomena ini sejalan dengan hukum dasar ekonomi mikro tentang permintaan dan penawaran. Ketika permintaan naik sementara pasokan tetap, harga cenderung meningkat. Dalam hal ini, pemerintah berperan sebagai "konsumen besar" yang membutuhkan pasokan ayam dalam jumlah tinggi, sedangkan para peternak belum mampu menambah produksi secara cepat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan pasar yang memicu kenaikan harga.
Kenaikan harga ayam juga menimbulkan efek domino terhadap sektor lain, terutama industri pakan ternak. Bahan utama pakan ayam adalah jagung, dan meningkatnya kebutuhan ayam otomatis mendorong permintaan jagung. Bila produksi jagung tidak ikut naik, harga pakan menjadi lebih mahal dan biaya produksi ayam pun meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai efek berantai (multiplier effect) dalam ekonomi --- ketika kenaikan di satu sektor menimbulkan dampak pada sektor lainnya.
Untuk menstabilkan harga, Dadan menilai perlu adanya penambahan jumlah peternak ayam dan peningkatan produksi jagung dalam negeri. Dengan langkah ini, pasokan ayam dan telur bisa menyesuaikan dengan permintaan yang terus naik, tanpa menekan harga pasar. Di sisi lain, kebijakan ini juga bisa membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat, terutama di sektor peternakan dan pertanian.
Kasus kenaikan harga ayam ini menjadi contoh menarik bagaimana kebijakan sosial dapat memengaruhi perilaku konsumen dan produsen. Program Makan Bergizi Gratis tentu membawa manfaat besar bagi masyarakat, namun pelaksanaannya perlu diiringi dengan kebijakan produksi yang memperkuat rantai pasok pangan nasional.
Dalam perspektif ekonomi mikro, keseimbangan antara kebutuhan sosial dan stabilitas ekonomi menjadi kunci utama. Ketika keduanya berjalan seimbang, kebijakan publik tidak hanya menyehatkan masyarakat, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi rakyat dari bawah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI