Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Pengabdian Pilot Perempuan di Balik Layar Perang Dunia II

Diperbarui: 11 September 2025   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian besar relawan Resimen Pengebom Malam ke-588 masih berusia remaja, ingin berjuang untuk negara mereka.(AFP via BBC INDONESIA via Kompas.com)

Kebutuhan pilot melonjak tajam pada Perang Dunia II. Banyak pilot laki-laki dikirim ke luar negeri, sehingga terjadi kekosongan di dalam negeri.

Di celah itulah Women Airforce Service Pilot, atau WASP, muncul. Sekelompok perempuan pemberani ini mengisi kekosongan, sambil menantang stigma lama bahwa penerbangan hanya milik laki-laki.

WASP adalah organisasi sipil yang dibentuk pada 1943 dengan satu misi jelas: memanfaatkan keterampilan perempuan untuk mendukung operasi udara.

Tugas mereka tidak kecil. Para pilot WASP mengangkut pesawat dari pabrik, menguji pesawat yang baru selesai dibuat, dan mengorganisasi latihan penerbangan.

Kinerjanya terbukti solid. Mereka menempuh hingga 60 juta mil, angka yang sulit dibayangkan, dan peran itu memberi dampak nyata bagi upaya perang Amerika Serikat.

Kisah Cornelia Fort adalah salah satu yang paling mencolok. Ia seorang instruktur penerbang. Pada 7 Desember 1941, saat mendampingi seorang murid di udara, tiba-tiba sebuah pesawat Zero Jepang melintas.

Momen itu menjadikannya salah satu pilot Amerika pertama yang berhadapan dengan kekuatan udara Jepang, tepat ketika serangan atas Pearl Harbor berlangsung. Pengalaman tersebut mendorong Fort bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat.

Ia kemudian masuk WAFS, yang kelak dikembangkan menjadi WASP. Fort menjadi pilot wanita pertama yang gugur dalam tugas aktif, pada 21 Maret 1943.

Meski pengorbanannya besar, pengakuan tidak datang mudah. Selama bertugas, WASP tidak diberi status militer dan hanya diperlakukan sebagai pegawai sipil. Risiko yang mereka tanggung sangat tinggi. Tercatat 38 pilot WASP meninggal.

Keluarga mereka tidak menerima tunjangan militer. Bahkan setelah unit ini dibubarkan para pilot harus menanggung sendiri biaya pulang.

Tunjangan pemakaman untuk rekan mereka pun tidak ada. Sikap pemerintah saat itu seakan menutup mata terhadap kontribusi para perempuan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline