Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Mengapa Orang Awam Lebih Percaya AI Dibandingkan Para Ahlinya?

Diperbarui: 5 September 2025   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi artificial intelligence (kecerdasan buatan) atau AI memudahkan pekerjaan manusia.(SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Kecerdasan buatan ada di mana-mana. Dan ada satu hal yang bikin kita mengernyit. Survei publik menunjukkan pola yang agak aneh (Pew Research Center, 2023).

Orang yang hanya tahu sedikit soal AI cenderung lebih mudah percaya. Sementara para ahli malah lebih hati-hati.

Ironi? Iya. Tapi apakah sesimpel itu saja? Apa ini murni soal kurangnya pengetahuan?

Coba tengok dulu apa yang kita sebut paham. Ada yang paham secara teknis. Mereka mengerti algoritma, data, cara kerja di balik layar.

Ada juga yang paham secara praktis. Mereka mungkin tidak tahu detail teknis. Tapi mereka merasakan manfaatnya.

AI membantu mereka mencari rute saat berkendara. AI memberi rekomendasi lagu yang pas.

Dari sini tumbuh rasa percaya. Bukan karena bodoh, melainkan karena terbukti berguna.Kalau sesuatu membantu hidup sehari-hari. Wajar bila kepercayaan ikut naik.

Faktor harapan dan budaya juga ikut main. Riset global menemukan pola yang cukup jelas. Antusiasme terhadap AI lebih tinggi di negara berkembang (Ipsos, 2023).

Ini berbeda dengan banyak negara maju. Di negara berkembang, teknologi dipandang sebagai jalan cepat menuju kemajuan.

AI jadi simbol peluang. Orang melihatnya sebagai alat untuk menyelesaikan masalah besar.

Di negara maju, kondisinya lain. Banyak orang sudah nyaman. Ada ruang untuk cemas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline