Malam sering kali terlihat indah, dihiasi cahaya bintang yang berkelip di langit.
Ada pemandangan yang kerap tak lupu dari perhatian.
Di pinggir jalan, di kursi-kursi mini market yang sederhana, sering tampak beberapa pria duduk dalam diam.
Berpakaian rapi, dengan sebatan rokok di tangan mereka, sebatang rokok yang menyala perlahan, dan sebotol kopi menemani.
Setiap tarikan napas dalam lalu dihembuskan lewat asap rokok itu, seolah membawa keluar gemuruh yang menyesakkan kepala. Asap yang melayang pelan di udara seperti simbol beratnya pikiran yang dipikul.
Tidak jarang, mereka datang dari berbagai kalangan, dari yang masih muda, baru menapaki kerasnya hidup; ada pula yang sudah berumur, wajahnya menyimpan banyak pengalaman dan luka yang tak terlihat.
Namun di tempat itu, mereka sama, sekadar manusia yang butuh berhenti sejenak dari ramainya dunia
.
Di balik tatapan kosong itu, tersimpan cerita tentang perjuangan. Tentang tanggung jawab, tentang pengorbanan, tentang harapan yang entah kapan akan benar-benar terwujud. Mereka tidak meminta banyak, hanya butuh sebentar waktu untuk diam, sebelum kembali pulang ke rumah masing-masing.
Mereka tidak meminta banyak. Tidak menuntut pengertian, tidak menunggu tepuk tangan. Hanya beristirahat sejenak, duduk dalam diam, hingga akhirnya kembali pulang ke rumah masing-masing---menjadi suami, ayah, anak, atau sekadar sosok yang tetap harus kuat di depan orang lain.