Lihat ke Halaman Asli

Memahami Makna Kehidupan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MEMAHAMI MAKNA KEHIDUPAN

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.,

Eksistensi manusia di dunia diciptakan bukanlah tanpa tujuan. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Akal, pikiran dan hati nurani adalah modal utama yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Itu sebabnya dengan kelebihanyang dimiliki ia memiliki amanah (tanggungjawab) mewakili Tuhan di dunia. Yaitu sebagai khalifah atau pemimpin di dunia. Dengan demikian manusia memiliki otoritas mengelola dunia sesuai dengan akal yang telah diberikan oleh Tuhannya dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Tuhan.

Berdasar pemahaman tersebut, manusia diberi kebebasan mengelola dunia ini sebagaimana yang ia inginkan. Bekal akal, pikiran dan hati nurani manusia bisa membangun kesejahteraan bukan hanya bagi sesama manusia, tetapi juga untuk makhluk yang ada di alam raya. Islam mengajarkan bahwa dunia adalah tempat menanam bagi kehidupan di akherat, addunya madzroatul akhiraah. Hanya manusialah yang mambu diberi amanah sebagai wakil Allah di dunia ini. Manusia dengan akalnya mempu mengolah alam raya ini lebih baik bagi semua makhluk di muka bumi ini.

Namun demikian, manusia juga dibekali oleh hawa nafsu, keinginan. Hawanafsu inilah yang harus dikendalikan oleh akal, pikiran dan hati nurati. Jika diibaratkan hawa nafsu adalah bahan bakar dalam sebuah kendaraan. Jika ia dikelola dengan baik maka ia akan menjadi sumber kekuatan untuk jalannya sebuah kendaraan. Ia memiliki daya dorong dan produktifitas yang luar biasa. Namun sebaliknya karena daya dorong atas hawa nafsu dalam diri manusia sifatnya tidak terbatas yang sering menyebabkan manusia lupa. Hal inilah yang terjadi jika bahan bakar dalam kendaraan itu tidak dikelola dengan baik, maka ia bukan menjadi kekuatan tetapi sebaliknya menjadi penghancur dirinya sendiri. Sebagaimana halnya yang terjadi pada diri manusia, manusia menjadi tamak dan rakus karena ketidakmampuannya menggunakan akal, pikir dan hati nurani untuk mengendalikan hawa nafsunya. Manusia akan selalu haus dengan hal-hal yang bersifat dunia.

Berdasar kenyataan inilah manusia membutuhkan pegangan, membutuhkan buku panduan. Agar manusia tidak terjerumus dalam kehampaan hidup, mengurung dirinya di dalam kesesatan dan kedahagaan materi dunia. Ia membutuhkan buku petunjuk bagi arah kehidupan. Buku inilah yang akan menenteramkkan, mendamaikan dan menjadikannya terhormat dan mulia di sisi manusia dan Tuhannya. Alqur’an menunjukan apa yang harus dilakun oleh manusia dalam mengemban amanah kehidupan itu. Al-Qur’an memberi arahan dan prinsip-prinsip dalam hidup yang bisa menyelematkan manusia dari ketersesatan. Di samping itu, petunjuk praktisnya adalah Hadits, amalan-amalan yang sudah dicontohkan oleh Muhammad sebagai Rasul Allah di muka bumi. Kombinasi antara Al-Qur’an dan Sunnah inilah yang menjadikan manusia mencapai pada puncak kesuksesannnya di dunia maupun di akherat.

Jika manusia bisa mengkombinasikan kekuatan akal, pikiran dan hati nurani yang dipandu dengan buku petunjukan kehidupan (Al-Qur’an dan Sunnah), sungguh mulia manusia itu. Manusia akan mencapai derajat mulia dan mencapai apa yang dikehendaki Allah SWT sebagai pengemban amanah di muka bumi ini. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan benar-benar mempu menjadi pemimpin dunia. Manusia bisa mewujdukan amanah sebagai pemimpin di muka bumi yang memberikan kesejahteraan bagi semua umat manusia maupun makhluk yang berada di langit dan di bumi.

Memang masih sangat disayangkan bahwa manusia masih banyak yang memperturutkan hawa nafsunya sehingga manusia menuntut kebebasan dalam kehidupan ini. Akhirnya manusia hidup dalam kegersangan. Dari waktu kewaktu manusia berada dalam kebimbangan dan kebingungan karena tidak diperhatikannya buku petunjuk dan pegangan. Manusia hidup dalam kegelapan yang ditandai dengan semakin rusaknya dunia ini. Manusia bukan hanya telah jauh dari ajaran mulia agama, tetapi bahkan melupakan kodratnya sendiri. Mansuia sudah lupa jati dirinya. Manusia tidak lagi menggunakan hati nurani sebagai mansuia yang memiliki rasa malu dan harga diri yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lain. Walhasil, bukan kedamaian dan kesejahteraaan yang mereka dapatkan tetapi sebaliknya kegersangan dan kehausan yang tidak ada habisnya.

Demikianlah keadaan dunia yang saat ini kita alami bersama. Tentunya tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang bisa seratus persen mengikuti perintah Tuhannya. Oleh karena itu, tidak ada kata lain selain berusaha sekuat tenaga dan berbagi dengan ssesama, karena dengan berbagi kita akan saling merasakan betapa kehidupan itu mengemban amanah yang sangat berat dan mulia. Tanpa kesadaran tawwasaubilhaq watawwassau bishobr, rasa sangat sulit mewujudkan diri sebagai bagaian dari manusia yang diberi amanah sebagai kholifah di muka bumi ini.

Semoga kita semua diberi petunjuk atas kebenaran dan diberi kekuatan untuk menjalankan kebaikan itu. Sehingga kita bisa selamat dan sukses di dunia sampai di akherat nanti. Amin.

Hobart-Australia, 16 November 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline