Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Alumni UIN SGD Bandung

Wahyu yang Hilang, Negeri yang Terguncang

Diperbarui: 31 Desember 2018   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Onghokham adalah seorang sejarawan Indonesia. Lulusan universitas Yale di Amerika Serikat dengan studi sejarah tingkat doktor. Dia produktif dalam menulis. Satu di antara buku yang ditulisnya adalah "Wahyu yang Hilang, Negeri yang Guncang". 

Sebuah kumpulan tulisan (kolom) di Majalah Tempo. Jumlah kolom yang ditulisnya 70 dengan ragam tema. 

Onghokham menulis di Majalah Tempo sejak 1976 hingga 2002. Kemudian pada hari ulang tahun Onghokham ke-70, kumpulan kolom tersebut terbit menjadi buku dengan jumlah kolom 70. Sebuah penghargaan yang luar biasa dari majalah Tempo yang punya minat untuk membukukannya.

Saya yakin dengan didasarkan pengetahuan kesejarahan bahwa yang ditulis oleh Onghokham itu karya yang teramat penting dan berharga bagi orang-orang Indonesia atau sejarawan muda. 

Onghokham mampu menyajikan percikan, serpihan, dan cupilikan sejarah Indonesia sebelum kemerdekaan atau masa kerajaan hingga masa revolusi Indonesia dan kemerdekaan Indonesia. Sehingga orang yang enggan baca buku tebal sejarah tentang Indonesia dalam konteks ilmiah, bisa membaca buku Onghokham.  

Tidak semua karya sejarah dan tidak semua tulisan sejarawan bisa masuk pada majalah. Faktornya sejarawan dianggap terlalu ilmiah dan kadang panjang dalam menguraikan (orasi) maupun dalam menulis. 

Onghokham membuktikan bahwa sejarawan bisa menulis artikel ilmiah dengan bahasa yang mudah dipahami dan kalimat-kalimat yang mudah dicerna.
 
Apalagi buku Onghokham ini diberi pengantar oleh Goenawan Mohamad. Sangat mengena dalam komentarnya, terutama pada kalimat: "seandainya Onghokham tidak menuliskan kolomnya di media massa (maka) kita akan kehilangan bahan percakapan yang menarik."

Bagi saya bukan sekadar percakapan, tetapi Onghokham telah mengajari kaum sejarawan akademis yang nyaman di menara gading, sekaligus membuktikan historiografi bisa disusun dengan gaya tulisan populer.

Onghokham lahir tahun 1933 di Surabaya. Kental dengan tradisi dan mengerti  tentang masyarakat Jawa. Sehingga dalam kolom yang sebanyak 70 itu hampir seuruhnya pembahasan berkaitan dengan Jawa. 

Dan yang tidak saya terpikirkan adalah Onghokham mampu menyajikan uraian terkait dengan korupsi dengan perspektif sejarah, pertanian, ekonomi, klenik, rokok, gelandangan, perilaku kaum priyai, dan teroris. 

Dari seluruh tema itu saya punya perkiraan sementara bahwa Onghokham seorang sejarawan posmodernis. Ia mampu menyajikan sejarah mikro dan keluar dari arus mainstrem sejarawan Indonesia lainya yang diketahui lebih dominan bicara sejarah politik. Karena itu, Onghokham layak dipuji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline