"Kerja keras pasti membuahkan hasil."
Kalimat ini terdengar memotivasi, tapi juga bisa menjadi senjata paling kejam untuk menyalahkan yang miskin. Sebab dalam kenyataannya, jutaan orang bekerja keras setiap hari tanpa pernah benar-benar "naik kelas".
Meritokrasi: Ide yang Indah tapi Naif
Konsep meritokrasi, di mana keberhasilan didapat dari kerja keras, bukan privilese, telah menjadi mantra masyarakat modern. Tapi apakah itu benar berlaku di Indonesia?
Ker
Coba lihat sekeliling:
- Seorang ibu pekerja pabrik kerja 12 jam, gaji tetap UMR.
- Seorang sarjana IPK 3,8 terpaksa jadi ojek online karena lowongan minim.
- Sementara anak pejabat, bisa langsung jadi komisaris BUMN.
Di mana letak keadilan dalam semua itu?
Ketimpangan: Bukan Karena Malas, Tapi Sistemik
Masalahnya bukan soal orang malas atau tidak mau berusaha. Ketimpangan di Indonesia begitu dalam:
- Akses pendidikan dan kesehatan masih timpang antar kelas.
- Jaringan, modal sosial, dan ekonomi diwariskan, bukan diperjuangkan.
- Biaya hidup naik, tapi penghasilan stagnan.
Maka yang sering terjadi:
Yang miskin bekerja keras untuk bertahan hidup.