Dahulu kala ada seorang pemuda yang mapan, yang konon katanya dia merupakan pemuda yang banyak sekali berbuat dosa. Dia dapat mengakses banyak hal terutama akses untuk masalah duniawi hingga terjerumus ke jurang kemaksiatan. Namun suatu Ketika dia pergi ke tempat yang jauh untuk menepi dan merenugi segala perbuatannya. Dia menangis dan menangis untuk menyesali semua perbuatannya dan memohon ampun kepada sang penciptanya. Lalu kemudian dia Kembali dari perenungannya untuk berusaha menjadi insan yang lebih baik lagi.
Seiiring dengan berjalannya waktu dia terus berusaha untuk terus memperbaiki diri, tekanan demi tekanan selalu dia alami, tekanan mental yang dialami begitu kuat namun dia terus berusaha untuk terus bersifat normal layaknya orang yang tidak pernah tertekan, dia terus berusahan untuk mengendalikan dirinya dan memasrahkan semuanya kepada sang pencipatnya, hingga dia pergi merantau ke tempat lainnya. Di lokasi perantauannya dia bertemu dengan orang-orang yang ada disana dan berkomunikasi dengan mereka hingga sang penciptanya mempertemukan dengan orang yang dia pilih untuk menjadi teman hidupnya. Yang menurutnya dan sang penciptanya itu yang terbaik, dan bisa menerima semua kekurangannya serta mau untuk terus berbenah Bersama. Seiiring dengan perjalannya dia terus beripikir, apakah layak dia di cintai oleh seorang manusia? Sedangkan dosanya begitu banyak hingga tak terkira. Hal tersebut terus tengingang pada dirinya karena selama ini dia sangat jarang merasakan kasih sayang dari orang lain maupun cinta dari orang lain.
Dia terus berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa pasti ada orang yang akan dengan tulus menyanyanginya dan mencintainya. Dia terus berusaha untuk menjalani kehidupannya dengan normal dan terus berdoa kepada sang penciptanya. Dia mencoba untuk memasrahkan semuanya kepada sang penciptanya karena dia tau bahwa tidak ada tempat yang paling tepat untuk bergantung selain sang penciptanya.
Lambat laun dia terus berpikir positif dan terus menjalankan kehidupannya dengan normal, meskipun semua pikiran itu terus menghantuinya. Seketika pikiran itu hadir dia akan menangis tiada henti karena takut akan semua itu.
Dan sampai sekarang dia terus menangis jika mengingat hal tersebut, meskipun sudah ada orang yang mendampinginya. Namun dia selalu ingat bahwa masih ada sang penciptanya yang selalu membersamai sehingga dia terus bisa bertahan sampai sekarang ini, karena kepasrahannya itulah kepada sang penciptanya dia dapat bertahan hingga sekarang ini.
Dialah Allah subhanahu wa taalah sang pencipta yang tidak pernah meninggalkannya dimanapun dan kapanpun serta hanya kepadanya setiap insan itu bergantung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI