Lihat ke Halaman Asli

Michael Aditya

Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Identitas Diri

Diperbarui: 3 Maret 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay.com

03-03-2020

Ketika saya ditanya oleh salah seorang petugas penerbangan mengenai identitas diri saya, pastilah hal pertama yang saya keluarkan adalah KTP (Kartu Tanda Penduduk), ini sudah menjadi sebuah pakem di dalam sebuah sistem administratif, di mana ketika kita di tanya "Tolong Identitasnya..." inilah yang pertama kita lakukan.

KTP = Anda?

Namun ketika anda ditanya untuk mengidentifikasikan diri anda, maka anda akan mulai dengan kata "Hmmmmm....." mengapa anda tidak bisa mengucapkan secepat anda mengeluarkan KTP anda? Jangan khawatir, saya kadang juga masih seperti itu. 

Mengapa kita agaknya sulit ketika diminta untuk mengidentifikasikan diri kita sendiri? Ketika kita ditanya "Tolong deskripsikan diri anda?" Segera kita berpikir "Apa ya?" mengapa?

Ada beberapa alasan mengapa seperti itu:

  • Karena kita tidak ingin menjawab sembarangan karena tidak ingin orang tersebut salah menilai siapa kita, "takutnya nanti kita salah bicara dan orang lain tidak suka dengan apa yang kita ucapkan".
  • Bisa jadi kita sendiri tidak tahu siapa kita ini sendiri itu siapa? Saya ini siapa? Pertanyaan yang belum terjawab, bahkan di usia yang sebagian orang menganggap sudah di usia dewasa.
  • Ada kalanya karena kita tidak ingin terbuka kepada orang yang sedang menanyakan hal itu kepada kita, kalau dipaksa untuk menjawab, bisa-bisa yang keluar adalah sebuah rekayasa, bukan diri kita yang sebenarnya yang ingin kita deskripsikan kepada orang tersebut.
  • Alasan lainnya, bisa saja karena kita tidak suka orang lain mengorek informasi mengenai pribadi kita dan banyak alasan lainnya yang bisa menjadi alasan kita tidak bisa menjawab secepat kita mengeluarkan KTP kita.

Sebuah Pengalaman Pribadi

Saya pernah berada pada tahap pencarian jati diri saya, pada saat saya lahir, Bapak saya sudah menyiapkan nama untuk saya, yaitu Michael Aditya Hendrawan. Di akte kelahiran dan di KTP saya sampai saat ini masih tertulis nama yang sama sejak saya lahir. Jadi di sekolah pun saya juga menggunakan nama itu, ketika saya SD juga menggunakan nama itu tidak menjadi masalah.

Problemnya ketika SMP kelas 1 saya seringnya dikenali sebagai "Aditya" bukan "Michael" nya karena bagi sebagian orang terutama yang asing dengan kata itu bagaimana membacanya, pasti akan kesulitan dan seringnya salah menyebutkannya menjadi "Michelle" lha emang saya cewek? Kemudian "Micel" emangnya "Mie sama Pecel", sampai akhirnya wali kelas saya memutuskan untuk memanggil saya dengan nama "Aditya" nama tengah saya.

Naik ke kelas 2 SMP, saya satu kelas dengan kakak kelas saya yang tidak naik kelas, namanya sama dengan saya "Aditya", "wah bisa bahaya ini" kata saya dalam hati. Bisa-bisa nanti dia yang mbolos, saya yang dicari guru BP. 

Dengan keadaan seperti itu maka saya memutuskan untuk menggunakan nama "Michael" untuk membedakan saya dengan dia yang namanya sama dengan saya. Karena kelas 2 itu di "Shuffle" dengan siswa kelas lainnya maka beberapa anak yang baru mengenal saya ya tahunya saya itu "Michael" bukan "Aditya" dan beberapa teman saya yang satu kelas di kelas satu SMP sering bingung, siapa ini "Michael", begitu dipanggil saya yang berdiri, baru mereka tahu "Ooooo".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline