Mohon tunggu...
Amorita R
Amorita R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kondom dan HIV/AIDS

4 Desember 2017   00:21 Diperbarui: 4 Desember 2017   00:58 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seksualitas adalah aspek kehidupan yang menjadi kebutuhan dasar manusia. Teori Abraham Maslow menggambarkan kebutuhan manusia sebagai hirearki, dan menempatkan seksualitas sebagai kebutuhan seksual sebagai salah satu kebutuhan fisiologis dan merupakan  kebutuhan dasar. Menurut Teori Piramida Kebutuhan Manusia menurut Abaraham  Maslow, kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh individu, dan jika kebutuhan  fisiologis ini tidak terpenuhi atau belum terpuaskan maka individu tidak akan tergerak untuk bertindak memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lain.  

Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan akan makanan, air, oksigen,  istirahat dan seks. Sebagai salah satu kebutuhan fisiologis manusia (physiological needs), pemenuhan kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar yang paling  mendesak pemenuhannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup. Penyebab dari kebutuhan seks ini rupanya menjadi salah satu alasan saat ini untuk tidak sungkan menjadikan hubungan seksualitas sebagai hal yang tidak tabu untuk dilakukan. 

Sayang sekali hal yang perlu diketahui mengenai seks bebas ini rupanya salah satu penyebab utama kematian di Indonesia, yaitu HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang menyerang dan bertahap merusak sistem kekebalan tubuh dan berkembang menjadi AIDS. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan tanda atau gejala berat dan kompleks yang disebabkan oleh penurunan respon immunitas tubuh yang berujung fatal pada sebuah kematian. Ada hal yang perlu diingat bahwasanya HIV tidak sama dengan AIDS.

Kasus HIV/AIDS di Indonesia meroket dengan cepat, hal ini dikarenakan perilaku dan gaya hidup bebas terutama seks bebas di Indonesia telah membuat kasus ini melaju kencang di Indonesia. Perilaku seksual sebagai faktor risiko terbesar dalam paparan HIV/AIDS menegaskan kembali soal problema promikuitas, atau hubungan seksual antara sejumlah pria dan wanita tanpa ada aturan yang mengikat. Seks tanpa pelindung, meningkatkan risiko HIV/AIDS. Seperti yang dikatakan oleh Nila Djuwita Farid Moeloek, Menteri Kesehatan, bahwasanya "Memang tidak mudah dengan era yang terbuka ini, tentu tadi penyebabnya heteroseksual itu, jadi artinya perilaku seks bebas, tapi kita tahu dengan kita mobilisasi yang begitu tinggi, apakah kita bisa menahan ini, ini yang memang PR kita yang cukup berat...." 

Seperti yang dilansir di voaindonesia.com (Dhani, Arman. 2016). Diestimasikan, di Indonesia tahun 2014 akan terdapat 501.400 kasus HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS sudah terdapat di 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Penderita ditemukan terbanyak pada usia produktif, yaitu 15-29 tahun. Padahal, pengurangan kasus HIV/AIDS merupakan salah satu target Millennium Development Goals (MDGs) (www.kemenpppa.go.id, 29/11/2017).

Melalui hasil laporan perkembangan HIV/AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I tahun 2017 oleh Direktorat  Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (www.aidsindonesia.or.id, 29/11/2017). Rata rata usia yang terkena HIV/AIDS di Indonesia rupanya merupakan usia yang produktif, kelompok umur produktif adalah usia 15 -- 64 tahun. Siti Nadia dari Subdit AIDS Kementerian Kesehatan juga mengatakan dari total pengidap baru HIV/AIDS, rata-rata adalah kelompok usia produktif, khususnya penularan melalui perilaku seks bebas, baik dengan pasangannya atau pekerja seks komersial (PSK). Persentase infeksi HIV yang dilaporkan menurut kelompok umur pda januari-Maret 2017 sendiri yang paling tertinggi ditempati oleh kelompok umur usia 25-49 tahun (69,6%), lalu yang kedua kelompok umur 20-24 tahun (17,6%). Sedangkan Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (31,4%), kemudia diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,6%), 40-49 tahun (12,8%), 50-59 (4,6%), dan 15-19 tahun (2,7%).

HIV/AIDS merupakan virus yang menular melalui cairan yang berasal dari tubuh manusia seperti darah dan sperma. Upaya pencegahan pun dilakukan, di mana upaya ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan terutama bagi orang yang belum tertular dan membantu orang yang telah terinfeksi untuk tidak menularkan kepada orang lain atau pasangan.

Maka dari itu terdapat upaya pencegahan  yang di lansir dari Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV/AIDS dan PIMS Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama oleh Direktorat P2P, yang mana meliputi beberapa aspek yaitu penyebaran informasi, promosi penggunaan kondom, skrining darah pada darah donor, pencegahan penularan dari ibu ke anak.  Penyebaran informasi tidak menggunakan gambar atau foto yang menyebabkan ketakutan, stigma dan diskriminasi, penyebaran informasi juga perlu disesuaikan dengan budaya dan bahasa atau kebiasaan masyarakat setempat (siha.depkes.go.id, 30/11/2017).

Salah satu yang menjadi pusat perhatian penulis dalam upaya pencegahan HIV/AIDS adalah penggunaan kondom. Pemberian kondom sebagai paket pengobatan dan informasi pencegahan seperti yang ditulis dalam buku Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV/AIDS dan PIMS Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama oleh Direktorat P2P. "Kondom itu sebagai proteksi paling aman dalam mencegah infeksi menular seksual, HIV/AIDS dan menjadi alat KB. Faktanya, menggunakan kondom secara konsisten dan benar, Anda dan pasangan akan 10.000 kali lebih terlindungi," ujar Deputy General Manager PT. DKT International, Pierre Frederick (www.viva.co.id, 02/12/2017). Pencegahan melalui penggunaan kondom ini membantu virus HIV/AIDS banyak tersebar akibat dari hubungan seks baik itu hubungan anal ataupun oral tidak menyebarkan ke pasangan berhubungan badannya. 

Cairan yang keluar dari alat kelamin merupakan penyebab utama Virus HIV/AIDS menyebar di beberapa tempat terutama Indonesia. Maka dari itu penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seks sangat dianjurkan guna menghindari persebaran HIV/AIDS melaui hubungan seks baik segara oral ataupun anal. Mengupayakan peningkatan penggunaan kondom pada setiap kegiatan seks berisiko. Pengalaman di banyak negara menunjukkan dengan semakin tinggi penggunaan kondom pada kegiatan seks berisiko mampu mencegah penularan HIV, terlihat dengan semakin rendah kasus penularan infeksi yang ditularkan secara seksual, termasuk HIV.

Penggunaan kondom yang diharapkan untuk bisa menciptakan sebuah pencegahan bagi HIV/AIDS ini sering kali rupanya disalah artikan bagi beberapa orang sebagai pendukung seks bebas di Indonesia. Padahal sejauh ini pemakaian kondom terbukti salah satu yang paling efektif untuk menghentikan penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Usaha Kementerian Kesehatan dan BKKBN sejauh ini kerap terkendala alasan moral seperti seks bebas untuk menyebarkan kesadaran pentingnya penggunaan kondom. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun