Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam

17 September 2025   09:36 Diperbarui: 17 September 2025   09:36 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kemendikdasmen

Setelah membaca unggahan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengenai pengalaman belajar pada pembelajaran mendalam, saya mencoba menarasikannya dengan tulisan sederhana berikut. Penerjemahan saya belum tentu benar, tetapi minimal menjadi pemantik diskusi agar pemahaman kita terus bertumbuh.

Baik, mari kita urai sedikit demi sedikit.

Pengalaman belajar pembelajaran mendalam dapat dipahami sebagai sebuah siklus yang terus berlangsung. Artinya, proses belajar tidak berhenti hanya ketika murid selesai menerima materi di kelas, melainkan terus berkembang melalui pengalaman dan refleksi yang mereka lakukan. Secara umum, siklus pembelajaran mendalam terdiri dari tiga tahap utama, yakni memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Ketiga tahap ini saling berkaitan dan membentuk satu rangkaian yang membuat proses belajar menjadi lebih bermakna.

Tahap pertama adalah memahami. Pada tahap ini, murid berusaha menyerap pengetahuan baru dari guru, buku, atau berbagai sumber belajar lain. Mereka tidak hanya menghafalkan informasi, tetapi mencoba mengkonstruksi pengetahuan dengan cara menghubungkannya dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ketika murid belajar teks biografi, guru tidak hanya meminta mereka membaca teks, tetapi juga mengajak murid mencari tokoh yang mereka kenal untuk dibandingkan dengan tokoh dalam bacaan. Dengan begitu, pemahaman murid tidak sebatas mengenali struktur teks biografi, tetapi juga menyadari nilai keteladanan yang bisa dipelajari dari sosok tokoh.

Contoh lain dalam pelajaran Matematika---saya coba saja narasikan walau saya bukan guru matematika, ya---saat guru menjelaskan konsep persamaan linear dua variabel, murid bukan hanya menghafal rumus. Mereka didorong untuk memahami bahwa persamaan linear dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghitung harga dua barang dengan jumlah tertentu. Pemahaman yang seperti ini membuat murid tidak mudah lupa karena mereka melihat hubungan nyata dari konsep yang dipelajari.

Tahap kedua adalah mengaplikasi. Setelah memahami, murid perlu diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam konteks nyata. Misalnya, dalam Bahasa Indonesia, setelah mempelajari teks pidato, murid diminta membuat pidato sederhana yang relevan dengan kehidupan sekolah, seperti pidato tentang menjaga kebersihan kelas atau 7 kebiasaan anak Indonesia hebat. Bahkan, saya pernah mencoba menerapkan asesmen, bagaimana murid menjadi pewara/protocol saat ceramah Tarawih di bulan Ramadan. Dengan cara ini, murid tidak hanya paham ciri-ciri teks pidato, tetapi juga berlatih berbicara di depan teman-teman dan lingkungan sekitarnya.

Dalam pelajaran IPA---sekali saya bukan guru IPA, ya---setelah  belajar tentang sistem pernapasan manusia, murid bisa diminta melakukan percobaan sederhana, seperti mengukur frekuensi napas sebelum dan sesudah olahraga. Aktivitas ini mengajarkan mereka bahwa ilmu yang dipelajari bukan hanya teori, tetapi dapat diamati secara langsung dalam kehidupan. Proses mengaplikasikan inilah yang menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah dan melatih kemampuan berpikir kritis.

Tahap ketiga adalah merefleksi. Refleksi terjadi saat murid diajak mengevaluasi kembali apa yang sudah mereka pahami dan lakukan. Misalnya, setelah menulis teks cerpen di pelajaran Bahasa Indonesia, murid diminta membaca ulang hasil karyanya, lalu mendiskusikan kekuatan dan kelemahannya. Guru dapat mengajak mereka bertanya: "Apakah alur ceritanya sudah runtut? Apakah tokohnya hidup dalam cerita? Bagian mana yang perlu diperbaiki?" Dengan refleksi, murid belajar dari kesalahan dan berusaha membuat karya yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Dalam pelajaran IPS, setelah membuat presentasi tentang masalah lingkungan, murid bisa diajak merefleksi, "Apakah solusi yang saya tawarkan realistis? Apakah saya sudah bekerja sama dengan baik dalam kelompok?" Refleksi ini menumbuhkan kesadaran diri, tanggung jawab, dan keinginan untuk berkembang.

Dari ketiga tahap tersebut, yakni memahami, mengaplikasi, dan merefleksi murid tidak hanya belajar materi pelajaran, tetapi juga belajar mengembangkan kesadaran, motivasi, dan regulasi diri. Mereka dilatih untuk tidak cepat puas, terus bertanya, mencoba, dan memperbaiki diri. Dengan demikian, pembelajaran mendalam membantu murid menguasai konsep secara utuh, kontekstual, dan berkelanjutan, bukan sekadar belajar untuk mengerjakan soal ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun