Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ayo, Para Ibu! Pertahankan "Bahasa Ibu"

20 Februari 2021   22:32 Diperbarui: 20 Februari 2021   22:40 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Blog Unnes.ac.id

Kita semua tahu bahwa bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikuasai individu sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan anggota masyarakat bahasanya. Jika kita menilik, di Indonesia, seharusnya tidak ada satu orang pun yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya. Ribuan bahasa daerah yang ada di Indonesia harus menjadi bahasa ibu seseorang.

Di Sulawesi Selatan, misalnya, dilansir dari Tribun Makassar, kita mengenal delapan bahasa daerah yang sering digunakan dalam berkomunikasi, yakni bahasa Bugis, bahasa Makassar, bahasa Toraja, bahasa Mandar, bahasa Pettae, bahasa Massenrempulu, bahasa Konjo, dan bahasa Selayar. Artinya, kemungkinan besar bahasa ibu yang ada di Sulawesi Selatan juga terdiri atas delapan varian.

Lalu mengapa banyak rumpun pengguna bahasa tersebut yang abai menggunakan bahasa ibunya dalam berkomunikasi sehari-hari. Setidaknya, ada tiga sisi yang memiliki peran penting dalam upaya membumikan bahasa ibu. Yuk, kita selisik.

Peran orang tua

Orang tua sebagai alat produksi bahasa ibu bagi anak yang belajar mengenal bahasa. Peran orang tua dalam menanamkan bahasa ibu begitu penting. Jika seorang ibu atau ayah senantiasa menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu dalam mengajarkan komunikasi kepada anak-anaknya yakinlah, fondasi pemertahanan bahasa ibu akan terbangun dengan kuat.

Yuk, para orang tua, banggalah dengan bahasa ibu. Kita adalah pewaris utama dalam melestarikan bahasa ibu yang setiap tahun diperingati dalam upaya pemertahanan bahasa tersebut. Jangan jadikan bahasa daerah, yang kita telah kuasai karena diwariskan oleh orang tua, menjadi punah di tangan kita sendiri.

Peran lingkungan sosial

Terkadang, dalam lingkungan sosial terjadi hal paradoks. Misalnya, seseorang yang lahir dari orang tua suka Makassar, tetapi berada dalam lingkungan sosial suku Bugis. Pada awalnya, orang tua di rumah mengajarkan bahasa Makassar sebagai bahasa ibu.

Akan tetapi, kemampuan berbahasa tersebut akan terbantahkan jika sang anak sudah belajar bergaul dalam lingkungan sosial. Terjadi kebuntuan komunikasi. Bahasa ibu, yang mungkin saja telah dikuasainya, tidak berfungsi sama sekali dalam lingkungan pergaulan. Jadilah sang anak belajar menguasai dwibahasa. 

Biasanya, kemampuan dwibahasa menjadikan bahasa pertama/bahasa ibu mengalami degradasi karena bahasa pertama jarang digunakan. Akan tetapi, jika kita berada dalam lingkungan sosial dengan bahasa ibu yang sama, marilah kita menggunakan bahasa ibu tersebut semakin tertancap dalam pergaulan sehingga kemungkinan kepunahan bahasa ibu tidak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun