Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik: Pembelajar Sepanjang Hayat

9 Oktober 2019   13:59 Diperbarui: 9 Oktober 2019   14:23 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis paling kiri, peserta terbaik | dokpri

Tulisan ini merupakan refleksi singkat dalam perjalanan penulis selama beberapa hari.

Baik, sebelum melanjutkan tulisan ini, kita semua mesti memahami makna pendidik dan pembelajar. Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003, pasal 39 ayat 2. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Kata pembelajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dimaknai orang yang mempelajari.

Seorang pendidik mesti menjadikan dirinya sebagai pembelajar. Ijazah yang diperoleh pada tingkat pendidikan terakhir tidak boleh dimaknai sebagai pencapaian tingkat kesempurnaan keilmuan. Ijazah hanyalah saksi bisu pencapaian seseorang sekaligus sebagai bukti bahwa dirinya pernah duduk di bangku sekolah dan kampus dalam beberapa waktu. Seorang pendidik mesti terus belajar hingga disebut pembelajar sepanjang hayat.

Pembelajaran bagi pendidik tersebut bukan hanya terjadi dalam ruang-ruang seminar, pelatihan, atau pendidikan dan pelatihan. Akan tetapi, pendidik mesti menjadikan setiap ruang di sekitarnya menjadi  sebuah ruang untuk terus belajar. Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain mesti dijadikan sebagai pembelajaran, terutama pada pembelajaran karakter. Dengan banyak melihat dan mengalami, hal tersebut berpengaruh besar dalam perubahan sikap dan perilaku pendidik.

Berikut ini, kegiatan yang penulis lakukan selama sepekan yang penulis anggap sebagai perjalanan pembelajaran. Semoga bisa berbagi.

Diklat Evaluasi Hasil Belajar pasca-Ujian Nasional


Pendidikan dan pelatihan pasca-Evaluasi Hasil Belajar (UN) tahun 2018 menjadi kegiatan pembelajar pertama. Selama empat hari (mulai 29 September hingga 2 Oktober) bertempat di hotel Onih Bogor, Jawa Barat. Kegiatan yang menghadirkan para guru dari Sabang sampai Merauke dengan jumlah 140 orang menjadi kegiatan pembelajaran yang menginspirasi. 

Setiap pendidik menyampaikan situasi terkini di sekolah masing-masing. Ajang curah pendapat ini memungkinkan bagi setiap peserta/pendidik untuk membuka "dapur" masing-masing, mendengarkan "dapur" sekolah-sekolah lain, dan mengelaborasi antara "dapur" sendiri dengan "dapur" bumbu spesial dari sekolah lain. 

Hal ini diharapkan menjadikan pendidik tidak berbangga dengan apa yang selama ini dilakukannya. Mesti ada pembanding dan kerelaan untuk menerima dan mengubah jika saja yang selama ini dilakukan di sekolah asal masih perlu perbaikan.

Pendidik mesti menyiapkan peserta didik menghadapi era 4.0. Era ini ditandai dengan otomatisasi, robot canggih, kendaraaan tanpa kemudi, dan kecerdasan buatan. Kita dapat menyaksikan betapa banyaknya pekerjaan yang pernah diperebutkan tiba-tiba menghilang dengan kehadiran era ini. 

Misalnya saja, pintu-pintu tol tidak lagi membutuhan senyuman para penjaga. Otomatisasi telah lama menggantikan senyum mereka. Senyum tergantikan dengan kecepatan dan kepraktisan. Ini hanya contoh kecil saja. Olehnya itu, jangan sampai pendidik sibuk mempersiapkan peserta didiknya ke  arah pekerjaan tertentu, padahal keahlian itu tidak dibutuhkan pasca mereka meninggalkan bangku sekolah.

Berpikir Kritis

Menghadapi hal tersebut, peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis sehingga mereka tidak kaget jika berhadapan dengan dunia yang berada di luar prediksi mereka. Pikiran dan mental mereka siap untuk menghadapi segala hal dan mampu mencari solusi terhadap setiap persoalan yang ada.

Pendidikan kita diharapkan tidak seperti seekor ular yang menakutkan. Penampilan fisik menakutkan, akan tetapi tidak berbisa. Tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan mendobrak hal-hal baru yang akan mereka hadapi di dunia nyata. Jangan biarkan peserta didik kita cepat mengeluh, menyerah atas segala keadaan.

Kunjungan ke Sekolah Berprestasi

Penulis dan rombongan berkesempatan mengunjungi salah satu sekolah berprestasi, SMA Negeri 5 Bogor, Jawa Barat. Prestasi yang paling mudah kita saksikan adalah pencapaian nilai ujian nasional sekolah tersebut. 

Rata-rata pencapaiannya melampau rata-rata kabupaten, provinsi, bahkan nasional. Banyak peserta didik di sekolah tersebut yang nilau UN mata pelajaran tertentu hingga mencapai sempurna, 100. Ada beberapa hal yang mereka lakukan dan semoga bisa menjadi pembanding bagi kita semua, pembelajar sejati.

Di sekolah tersebut, pemaparan mengenai tiga pilar menghadapi UN tahun 2020 mereka paparkan. Ketiga pilar tersebut, yakni:

Pegelolaan

Pengelolaan dilakukan secara maksimal untuk mempersiapkan pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2020. Hal yang utama adalah menganalisis hasil UN tahun 2019. Hal ini penting untuk mengetahui capaian setiap peserta didik, analisis materi yang memiliki daya serap rendah, serta mata pelajaran yang memiliki nilai yang rendah. 

Kedua, pendidik sebagai pembelajar sepanjang hayat mesti diberikan pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan. Di SMAN 5 Bogor, pelatihan terhadap pendidik dilakukan setiap pekan (pada waktu tertentu) oleh sekolah dengan menghadirkan dosen-dosen dari kampus terkemuka. 

Ketiga, peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) sangat dibutuhkan. BK bertugas melakukan pembimbingan terhadap seluruh peserta didik sehingga mereka memiliki kesiapan mental dan fisik menghadapi UN. 

Keempat, pengelompokan peserta didik berdasarkan peminatan masing-masing. Hal ini perlu dilakukan untuk tetap menjaga semangat belajar mereka. Peserta didik dalam kelompok dengan minat mata pelajaran yang sama akan lebih baik karena mereka dapat berdiskusi searah dan menyenangkan. 

Kelima, simulasi dan uji coba terus dilakukan. Ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan peserta didik dan mengetahui perubahan pengetahuan dari uji coba sebelumnya. 

Keenam, SMAN 5 Bogor bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi terkemuka. Dosen-dosen didatangkan untuk memberikan pembelajaran kepada pendidik dan peserta didik secara langsung. 

Ketujuh, pemadatan kurikulum. Maksudnya, kompetensi dasar yang berada pada semester genap kelas XII dipadatkan ke semester ganjil sehingga pada semester genap tersebut, peserta didik fokus menghadapi Ujian Nasional. Kedelapan, semua kegiatan dan program tersebut direncanakan dan dianggarkan dalam rancangan anggaran yang bersumber dari dana Bantuan Operasinal sekolah (BOS)

Pendidik

Pendidik bukan hanya bertugas untuk mentransfer ilmu. Lebih dari itu, hal utama yang mesti dilakukan adalah memotivasi. Pendidik seorang motivator. Memotivasi peserta didik, setiap kita memiliki potensi untuk sukses. 

Kedua, menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Media pembelajaran yang menoton akan membuat peserta didik cepat merasa bosan. Olehnya itu, pertemuan demi pertemuan dalam pembelajaran dilakukan dengan berbagai macam media yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik sehingga prestasi belajarnya pun ikut meningkat. 

Ketiga, gunakanlah kata walaupun. Hindari penggunaan kata karena. Jika kata karena yang senantiasa terpelihara, hal tersebut akan menghasilkan pengaruh negatif. Contoh: karena peserta didik saya malas, karena peserta didik saya hanya menginginkan ijazah, dan berbagai macam karena yang lain. Jagalah kata walaupun.

Peserta didik

Peserta didik mesti berada dalam zona nyaman. Pastikan peserta didik menyukai guru, mata pelajaran, suasana, lalu materi. Mustahil peserta didik akan menyukai mata pelajaran dan materi ketika dia tidak senang dengan  guru yang ada dalam kelas. Salah satu yang terbangun di SMAN 5 Bogor adalah care grup. Kelompok ini berperan dalam berbagai hal untuk membantu sekolah melaksanakan fungsinya. Keren.

Perjalanan Bogor Jakarta

Sekali lagi, pembelajaran bukan hanya dilakukan di dalam ruang-ruang dengan sekat-sekat dinding. Alam raya adalah ruang kelas yang menyajikan ilmu tak terhingga bagi seorang pembelajar sepanjang hayat. Tibalah waktunya bagi penulis untuk berbagi mengenai ilmu dari lingkungan sekitar.

Kebun Raya Bogor

Kebun raya Bogor merupakan kebun botani yang juga digunakan sebagai tempat penelitian dan konservasi pertama di Asia Tenggara. Kebun yang penulis anggap hutan terpelihara ini memiliki luas kurang lebih 87 hektar. Kebun yang terletak di tengah kota dan tidak pernah sepi dari pengunjung menjadi tempat pendidikan, penelitian, rekreasi, dan kegiatan lain yang sangat menyenangkan. 

Pembelajaran yang penulis peroleh pun beragam. 

Pertama, karakter bersih. Tidak dapat saya bayangkan bagaimana menjaga kebersihan hutan seluas ini tetap terpelihara. Taman-taman cantik, jalanan, kolam buatan, hingga lapangan hijau terlihat asri dan menawan. Tidak ada sampah terlihat di sana. Pengunjung yang datang pun senantiasa ikut menjaga kebersihan lokasi. Cintailah kebersihan, buang sampah pada tempatnya, dan lihat sampah segera ambil. 

Kedua, cinta lingkungan. Berpose boleh. Mencabut tanaman atau menginjak tanaman tertentu, jangan. Papan informasi memenuhi hutan kota ini. Setiap pengunjung diberikan peringatan secara tertulis bagaimana cara menjaga lingkungan. Pohon-pohon, bunga, dan tanaman air tumbuh dengan baik di sana. Pengunjung menikmatinya dengan senang hati dan selalu mengingat untuk menjaganya.

Dua jam berkeliling rasanya tidak cukup untuk menikmati sensasinya. Berbincang di taman, pinggir kolam, lapangan hijau, dan duduk bersantai sambil berdiskusi merupakan kegiatan pembelajaran yang mengasyikkan. Bapak Ibu pendidik, teruslah belajar.

dokpri
dokpri
Naik KRL

Terus terang, ini kali pertama penulis menginjak lantai KRL atau kereta cepat. Datang ke stasiun diantar oleh kawan yang sudah lama bermukim di Bogor. Special terima kasih untuknya. Membeli tiket yang cepat dan praktis merupakan pengalaman pertama. Lalu apa praktiknya di sekolah? 

Jadilah pelayan prima. Layanilah peserta didik dengan baik. Dengarkan keluh kesah mereka, dampingi mereka dalam pembelajaran, dan motivasilah mereka untuk meraih cita-cita. Dalam hal pelayanan administrasi, sekolah mestinya menerapkan layanan satu hari. Apatahlagi jika hanya berkaitan dengan pengesahan ijazah. Percepatlah, primalah, dan tetap semangat. 

Pengalaman kedua terjadi ketika menaiki gerbong. Ujian pertama lolos. Literasi dibutuhkan. Baca tulisan yang tertera pada kereta untuk memastikan tujuan Anda. Di sekolah, pastikan tujuan pembelajaran yang akan Anda capai. Lihat kompetensi dasar, pahami indikator, baca tujuan, tentukan model pembelajaran, eksekusi di depan peserta didik. 

Selanjutnya,ternyata kereta cepat memiliki banyak gerbong. Gerbong tersebut jelas untuk pria dan wanita. Berliterasilah. Pastikan Anda naik sesuai dengan gerbong yang tersedia. Karena kurang literasi, penulis terburu-buru menaiki gerbong yang paling dekat. 

Pengamanan langsung menegur dengan ramah, "Maaf pak, ini gerbong khusus wanita." Wadduh. Dengan langkah malu-malu kaki berlanjut ke gerbong berikutnya sambal terus membaca. Pelayanan di sekolah pun begitu. Bukan membedakan. Akan tetapi, terkadang laki-laki dan perempuan membutuhkan "sentuhan" yang berbeda. Ingat, kata sentuhan penulis telah beri tanda petik.

Masih ada satu pengalaman penting di atas kereta cepat. Kawan saya menaikkan kaki ke atas kursi lalu memeluk lututnya. Dengan sigap petugas datang dan memperingatkan untuk menurunkan  kaki. Ingat bung "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung." Prak. Agak malu jadinya.

Jakarta dan Sensasinya

Semua kita tahu bahwa Jakarta adalah ibu kota negara tercinta. Di sanalah segala hal tentang Indonesia dirancang. Dibincang oleh orang-orang cerdas yang telah kita percayakan untuk mengurus kemaslahatan kita bersama. Penulis "cemburu" dengan Jakarta. Seluruh moda transportasi terintegrasi. Kehidupan serba terpenuhi. Gaya hidup terlayani dengan sempurna. Apa yang layak untuk kita jadikan sebagai pembelajaran dari Jakarta. 

Ada beberapa yang penulis temukan. Pertama, kerja keras. Kehidupan berdenyut di Jakarta selama 24 jam. Tukang ojek, warung pinggir jalan, toko sembako, hingga tukang kopi keliling terjaga dan siap melayani kapan kita mau. Tinggal butuh uang tentunya. Mereka senantiasa menjaga asa untuk tetap menikmati kota Jakarta dengan bekerja keras. 

Bekerja keras mesti hadir dalam diri peserta didik bukan karena keterpaksaan. Kerja keras berbeda dengan kerja kasar ya. 

Kedua, religius dan toleransi. Keberagaamaan di negara ini dijamin bagi setiap warna negara. Masjid istiqlal dan gereja katedral yang berdiri kokok di pusat kota cukup memberikan kita pembelajaran bahwa setiap manusia membutuhkan Tuhan dalam kehidupannya. Hiruk pikuk kota diistirahatkan dengan suara azan lima kali setiap hari. 

Kesibukan selama sepekan bagi umat kristiani, direfleksi setiap hari Ahad di gereja. Penulis bertanya, bagaimana mereka menjaga toleransi. Hal sederhana adalah membiarkan halaman Katedral sebagai tempat parkir bagi umat muslim ketika parkiran di Istiqlal tidak mampu menampung. Luar biasa.

Wahai guru pembelajar. Belajarlah sepanjang hayat. Jadikanlah setiap ruang dalam kehidupan kita sebagai media pembelajaran. Ruang-ruang kelas tidak mesti berada dalam ruang yang dibatasi dengan empat sisi tembok yang kokoh. Pastikan bahwa peserta didik yang menaruh harapan kepada kita memperoleh sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Mereka adalah subjek-subjek, sama seperti kita, yang mungkin saja darinya kita akan paham makna pembelajaran.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun