Sidang sengketa pemilihan presiden baru saja selesai digelar oleh Mahkamah Konstitusi. Komisi Pemilihan Umum dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pun telah menetapkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin. Sekarang saatnya kita bersatu.Â
Tidak ada lagi kubu pendukung calon nomor urut kosong satu atau calon nomor urut kosong dua. Pun dengan bulan Ramadan. Bulan penuh berkah tersebut juga baru berlalu dan sekarang kita sudah berada di bulan Syawal.Â
Walau memang, banyak di antara kita yang sangat mengharapkan bulan Ramadan segera berlalu. Masih ada saudara-saudara kita yang bersilaturahmi, bersalam-salaman, sambil saling memaafkan.
Memaafkan adalah hal yang lumrah kita lakukan. Akan tetapi, di antara saudara kita ada juga yang memendam amarah dan sangat sulit untuk memaafkan. Padahal, dengan belajar memaafkan, kecenderungan kita untuk selalu marah semakin menurun.
A. Pengertian Marah
Ada beberapa pengertian marah yang diutarakan oleh para pakar. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
Menurut C.P. Chaplin, Anger (marah, murka, berang, gusar; kemarahan, kemurkaan, keberangan, kegusaran) adalah reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustrasi, dan dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik; dan secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan.
Menurut al-Jurjani yang dikutip Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu mendidihnya darah di dalam hati untuk memperoleh kepuasan apa yang terdapat di dalam dada.
Sedangkan menurut Muhammad Utsman Najati, marah adalah emosi alamiah yang akan timbul manakala pemuasan salah satu motif dasar mengalami kendala.Â
Apabila ada kendala yang menghalangi manusia atau hewan untuk meraih tujuan tertentu dalam upaya memuaskan salah satu motif dasarnya, maka ia akan marah, berontak, dan melawan kendala tersebut. Ia juga akan berjuang untuk mengatasi dan menyingkirkan kendala tersebut hingga ia bisa mencapai tujuan dan pemuasan motifnya.