Mohon tunggu...
Ahmad AmmarAl
Ahmad AmmarAl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Saya merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya, memiliki hobi olahraga, dan memasak. Saya mengikuti beberapa berita dalam bidang politik, ekonomi, olahraga, hobi, dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Indonesia Sebagai Negara Agraris Terjadi Penurunan Produktivitas Ketahanan Pangan?

24 November 2023   18:05 Diperbarui: 25 November 2023   10:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agraris merupakan julukan bagi negara Indonesia, dimana sebagian besar mata pencaharian warganya adalah petani. Meskipun Indonesia disebut dengan negara agraris, namun hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia dapat mengakses pangan dengan mudah dan murah. Secara umum Indonesia memiliki banyak sumber pangan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakatnya, hal ini menandakan bahwa Indonesia kaya dengan keragaman hayatainya. 

Namun, karena penanganan hasil komoditas pangan yang belum maksimal menyebabkan kondisi ketahanan pangan nasional masih pada golongan lemah. 

Menurut Global Food Security Index (GFSI), indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di level 60,2. Periode ini mengalami kenaikan dari periode 2020-2021 (Pransuamitra, 2023). 

Namun, pada tahun 2023 indeks ketahanan pangan Indonesia masih di bawah rata-rata global yakni 62,2 dan lebih rendah dari rata-rata Asia Pasifik yang berada pada angka 63,4. Stabilitas ketahanan pangan dapat dicapai ketika sumber daya lokal (wilayah) dapat menjamin ketersediaan pangannya. 

Kemampuan sumber daya lokal ditunjukkan dengan kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan komoditas pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri dan juga mampu menjualnya ke wilayah lain di sekitarnya. Pada tingkatan regionalnya, Banyumas merupakan salah satu wilayah yang memiliki komoditas pangan unggulan.

Terdapat beberapa kendala biofisik dalam keberlanjutan produksi pangan, diantaranya adalah iklim. Contohnya dalam komoditas padi yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, padi tumbuh pada suhu relatif tinggi dengan musim tanam yang berlangsung jangka menengah hingga jangka panjang. Padi membutuhkan cahaya matahari yang cukup, ketersediaan air yang cukup, dan yang paling penting adalah kelembaban kering dengan suhu sejuk. Tetapi pada kenyataannya iklim indonesia tidak pernah bisa memenuhi hal ini, sehingga perlu penyesuaian baik pola tanam maupun teknologi yang diantaranya varietas, pemupukan, dan teknik budidaya lain agar hasil padi sesuai dengan harapan.

Selanjutnya topografi Indonesia juga mempengaruhi hal ini, terdapat sekitar 45% wilayah indonesia berupa perbukitan dan pegunungan, terdapat pula sungai yang berhulu dalam pegunungan itu. Sehingga hal ini mempengaruhi kualitas dan jenis tanah yang ada. 

Tanah untuk pertanian memiliki sifat kepekaan terhadap erosi yang bervariasi, tetapi hal ini juga dapat berubah tergantung kemiringan dan curah hujan di daerah tersebut. Jika terdapat lahan dengan topografi berombak hingga bergunung, erosi dapat berpotensi menyebabkan banjir, sedimentasi sungai, dan menguruskan tanah. Namun jika curah hujan menurun, hal ini juga dapat menyebabkan kekeringan yang parah.

Selain kendala biofisik, terdapat pula kendala sosial ekonomi yang menjadi isu utama yang menjadi pemicu. Kendala tersebut sebagai contoh seperti kendala kapasitas produksi pertanian. Kapasitas disini dapat diartikan kekurangan atau ketidakmampuan perusahaan atau SDM yang menjadi pelaksana, maupun tidak tersedianya lahan yang digunakan sebagai media yang krusial. Penyebab tidak terwujudnya ketahanan pangan berkorelasi erat dengan kemiskinan, karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh buruh tani saja, tetapi oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya modal yang digunakan untuk membeli atau dialokasikan sebagai jalannya produksi dan pemeliharaan setiap bulannya.

Kondisi ketahanan pangan Kabupaten Banyumas tergolong masih rendah sehingga mempengaruhi produktivitasnya. Produktivitas ketahanan pangan ini sangat berpengaruh pada kondisi ekonomi para petani. Tidak hanya dirasakan petani itu sendiri, tetapi masyarakat lain juga merasakan dengan adanya krisis pangan akibat tidak produktifnya ketahanan pangan pada suatu daerah tersebut. Dengan adanya dampak yang dapat terjadi menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan perlu dilakukan dengan baik untuk keberlangsungan hidup yang sejahtera.

Produktivitas terhadap ketahanan pangan berpengaruh pada perencanaan pembangunan perekonomian Kabupaten Banyumas. Dengan ketahanan pangan suatu daerah yang produktif dapat mendukung negara untuk menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi pada pasar Internasional dengan berlandaskan kemampuan sumber daya lokal (wilayah) memenuhi kebutuhan pangan wilayah dan nasional.

Apabila jika produktivitas pangan di daerah Kabupaten Banyumas menurun,dapat menyebabkan penurunan ketersediaan sumber karbohidrat dalam wilayah Kabupaten Banyumas. Hal tersebut dapat berdampak pada ketahanan pangan, memicu kenaikan pada harga pangan dan potensial meningkatkan ketidaksamaan pangan di Kabupaten Banyumas.


Solusi mengatasi ketahanan pangan yaitu dengan menjamin ketersediaan pangan dengan mewujudkan melalui pengembangan sistem produksi komoditas pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal dengan meningkatkan produksi komoditas pangan. Kabupaten Banyumas perlu memanfaatkan lahan pertanian secara optimal agar pemenuhan kebutuhan pangan warga di Kabupaten Banyumas dapat tercukupi. Teknologi peningkatan untuk produksi komoditas pangan dapat dikembangkan dengan metode ramah lingkungan serta bersosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Banyumas. Selain itu kebiasaan masyarakat yang sudah terbiasa dengan makanan pokok harus perlahan kita mulai ubah untuk mendorong kebiasaan masyarakat tersebut. Kita dapat menggantikannya dengan makanan yang cukup bergizi seperti jagung, ketela, dll. Tanpa disadari pula hal tersebut juga membantu perekonomian para petani.

Ketika ketahanan pangan menurun maka semua masyarakat terkena dampaknya. Petani yang menghasilkan sumber pangan juga mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dalam segi ekonomi. Ketika hal tersebut terjadi untuk mengelola uang tersebut menjadi modal kembali adalah hal yang sulit. Hal yang sama di alami oleh konsumen, makanan pokok mereka yang mereka konsumsi sehar-hari telah menipis menjadikan harus mencari sumber pangan yang lain yang belum terbiasa untuk para konsumen.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun