Mohon tunggu...
ammara syifa
ammara syifa Mohon Tunggu... Penulis - Ammara Syifa Yuniar, seseorang yang menyukai kegiatan membaca dan selalu ingin belajar menulis.

Ra, Tulisan yang baik adalah ketika kamu menulisnya, kamu tidak akan berani menghapusnya karena itu adalah kebaikan yang membawamu ke Jannah-Nya. Insyaa Allah.... Temui aku di IG @ammarass dan @yuniaraaaaaaaaa🖐

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Insight atau Pemahaman Baru terhadap Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21

8 Mei 2024   14:31 Diperbarui: 8 Mei 2024   14:34 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Insight atau Pemahaman Baru terhadap Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21

Judul Materi: Memberi Napas Pendidikan pada Generasi Z

Mata Kuliah: Etika Profesi Pendidik

AMMARA SYIFA YUNIAR

4401422011/PENDIDIKAN BIOLOGI A 2022

Generasi Z merupakan sebutan untuk generasi yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2000. Menurut seorang tokoh bernama E. J Cilliers, generasi Z memiliki karakteristik di antaranya; menuntut respon yang cepat, sering menggunakan sosial media, mudah terhubung dan senang berkolaborasi, melek atau canggih dalam menggunakan teknologi, menyukai visualisasi atau hal yang tampak, ketahanan atensi yang rendah (perhatian yang datang kepada Gen-Z akan mudah hilang dalam sekejap), menyukai hiburan atau hal yang menyenangkan, serta sangat cepat dalam memperoleh informasi. 


Dan yang paling sering menjadi penciri dari generasi ini adalah sebutannya sebagai generasi strawberry, maksudnya, generasi Z sebagian besar terlihat indah dan menarik dari luaran atau penampilannya, tetapi sebenarnya di dalamnya 'lembek' atau tidak kuat dalam menjalani perjuangan maupun menghadapi tantangan dalam proses belajarnya.

Parahnya, menurut suatu penelitian di United States, mengungkapkan bahwa sebanyak 79%(bahkan di setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 7%), Generasi Z sering merasa sendiri; lebih tepatnya merasa cemas atau gelisah, merasa rendah, depresi, menyerah, serta yang mengerikan hingga berpikiran untuk lebih baik meninggal saja atau menyakiti diri sendiri beberapa waktu. Adapun menurut UNICEF pada tahun 2020 yang menyatakan bahwa adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak yang buruk bagi remaja di dunia karena menjadikan mereka tidak dapat beraktivitas dengan optimal, khususnya dalam hal pembelajaran, sehingga membuat mereka tidak dapat berkembang secara leluasa.

Maka, berangkat dari "kegalauan" yang dialami oleh Gen-Z, menjadikan para guru harus memperkokoh "peran"-nya sebagai pendidik untuk menyelesaikan permasalahan dam mempersiapkan solusi yang dialami oleh generasi ini. 

Solusi dapat didasarkan pada Kecerdasan Emosional yang terbagi menjadi 5 poin penting, yakni; self awareness yang berkaitan dengan kesadaran diri sebagai seorang penuntut ilmu, self regulation untuk belajar mengatur diri, motivation agar bisa mendapatkan semangat dalam berjuang dan berupaya, empathy berhubungan dengan sikap peduli terhadap lingkungan belajar; baik sesama siswa, guru, dan seluruh elemen sekolah, serta social skill yang merupakan bentuk komunikasi, interaksi, dan kolaborasi yang dapat diterapkan pada lingkungan belajar. Tentunya, perlu ditambahkan pula upaya adaptasi terhadap lingkungan tersebut, fleksibel dalam melaksanakan berbagai bentuk kegiatan belajar, dan yang paling penting menikmati proses "belajar" itu sendiri. Sehingga harapannya akan tercipta ketangguhan bagi seorang siswa yang mana akan aman untuk kesehatan secara mentalnya pula. Pesannya, yang perlu diingat bagi seseorang yang sedang berada pada tahap belajar (yang menurutnya sangat melelahkan) adalah, bahwa belajar untuk menguasai diri itu adalah sesuatu yang akan memberikan kekuatan sesungguhnya, sehingga tidak ada kata "menyerah" bagi generasi Z untuk tetap belajar, selalu belajar, dan terus belajar. Penjelasan ini dapat dikaitkan pula oleh Piramida "Self Mastery" yang menjelaskan bahwa kesadaran diri akan dapat memudahkan dalam pengontrolan emosional pada diri, yang mana akan membuat hubungan yang baik pula pada manajemen sosial, dan pada akhirnya hasil dari tiap proses itu adalah dengan terbentuknya Kekuatan terhadap Penguasaan Diri.

Adapun bentuk implikasi dari dasar solusi tersebut yang nantinya akan menciptakan kebahagiaan bagi diri seorang siswa; yang pertama ialah DOPAMIN (dengan makan yang bergizi dan enak, tidur cukup, olahraga, ataupun meditasi dengan cara masing-masing individu). Selanjutnya SEROTONIN atau upaya untuk mengelola perasaan (dengan cara berjemur di bawah matahari pagi, melihat pemandangan yang indah dan menenangkan, serta yang paling penting adalah berdoa dan beribadah). Kemudian OKSITOSIN (melalui perasaan kasih sayang dan membagikan kebaikan pada sesama siswa maupun guru). Dan yang terakhir ENDORFIN atau upaya mengelola suasana hati (bisa dengan tertawa se-etisnya bersama teman-teman atau melakukan self-reward, bisa dengan makan yang disukai atau melakukan kegiatan bermain positif lainnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun