Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

UN dan Motivasi Belajar

1 April 2016   20:03 Diperbarui: 1 April 2016   20:12 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Peserta didik dalam UN (news.okezone.com)"][/caption]

Mulai Senin nanti (4/4), para pelajar tingkat SLTA (SMU/SMK/MA) melaksanakan Ujian Nasional (UN). UN rencananya akan digelar mulai tanggal 4 sampai 7 April 2016. Tahun ini merupakan tahun kedua UN dengan paradigma baru. UN tak seperti sebelumnya,  ditakuti  tidak hanya oleh peserta didik, guru, kepala sekolah tapi juga oleh para kepala daerah. 

Pasalnya, UN  menentukan penilaian  tentang kondisi pendidikan di setiap daerah. Sekarang UN hanya bertujuan untuk 1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan  2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya dan 3)pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tidak lebih dari itu.

Perubahan paradigma dan tujuan UN tidak tanpa masalah. Saya melihat UN tak sakral lagi. UN tak mendorong semangat peserta didik. Motivasi belajar siswa menjadi menurun. Mereka beranggapan UN tak penting lagi. UN tak menentukan kelulusan seperti sebelumnya. Ada apa sebenarnya dengan motivasi belajar peserta didik kita?

Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa motivasi menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedang motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. (http://belajarpsikologi.com)

Nah, sekarang bagaimana dengan motivasi belajar siswa-siswi kita? Saya memandang ada yang salah pada motivasi belajar peserta didik. Secara umum motivasi siswa-siswi berorentasi pada nilai (value oriented). Nilai  menjadi target bahkan tujuan dalam belajar. Motivasi itu menguat dalam diri siswa karena dorongan lingkungan mereka mulai lembaga sekolah sampai keluarga. 

Kenapa? Karena ternyata guru atau sekolah mereka  dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran juga berotrientasi pada nilai. Demikian pula orang tua. Hal pertama yang ditanyakan pada anak untuk melihat perkembangan belajarnya  adalah nilai. Nilai menjadi target terpenting. Ranking menjadi hal yang sangat ditunggu saat melihat rapot anak. Saat dalam buku rapot tidak tersedia kolom ranking, mereka memaksa guru untuk membuatnya.

Untuk mendapatkan nilai baik, orang tua siap mengeluarkan uang untuk biaya les atau paket kursus anaknya. Nilai menjadi tujuan belajar peserta didik. Motivasi dan tujuan belajar seperti di atas hanya menghasilkan siswa yang materealis yang megukur segala dengan angka, menciptakan  generasi yang hanya pandai tapi tak bisa berbuat apa-apa, genius tapi tak mampu menyelesaikan masalah.

Motivasi belajar seperti di atas, menurut hemat saya kurang tepat. Bisa jadi motivasi belajar yang salah tersebut  menjadi salah satu sebab gagalnya pendidikan di negeri. Pendiikan kita belum bisa mewujudkan tujuan penddikan nasional secara maksimal. Yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Munif Chatib, penulis buku sekolahnya manusia  siswa itu dalam belajar, sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan, orang tua dalam membekali pendidikan anak seharusnya berorientasi pada:1.Untuk tahu cara memenuhi kebutuhan hidup mereka, 2. Untuk bisa menyelesaikan berbagai masalah yang akan dihadapi 3. Mengarah kepada tujuan profesi sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.  Saya menambahkan satu lagi bahwa pembelajaran harus bercorak penanaman karakter atau akhlak mulia dalam bahasa agama. Ini penting, agar siswa tidak hanya dibekali ilmu (knowledg), skil atau ketrampilan, tapi ditanamkan juga karakter yang kuat.

Kementerian Pendidikan Nasional (2011) menyebutkan 18 macam pendidikan karakter.  Yakni 1.Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin5. Kerja Keras. 6. Kreatif 7.Mandiri8. Demokratis 9. Rasa Ingin Tahu 10. Semangat Kebangsaan 11. Cinta Tanah Air 12. Menghargai Prestasi 13. Bersahabat/Komunikatif 14. Cinta Damai 15. Gemar Membaca 16. Peduli Lingkungan 17. Peduli Sosial 18. Tanggung Jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun