Â
Contoh adab/etika saat berada di Masjid (Sumber: yasirmaqosid.wordpress.com)
Â
Â
Di bulan Ramadhan ini seperti biasanya, masjid dan musholla menjadi lebih ramai dari biasanya. Di awal-awal Ramadhan hingga setidaknya minggu pertama, masjid dan musholla sampai penuh sehingga ada yang terpaksa menempati halaman bahkan luber hingga ke jalanan. Semoga hal baik ini bertahan hingga akhir ramadhan dan memberikan perubahan signifikan pada kebaikan sikap dan perilaku umat Islam sesuai apa yang dilatih selama bulan Ramadhan.
Salah satu yang menonjol dari masjid dan musholla adalah banyaknya kehadiran anak-anak baik yang datang bersama orang tua ataupun datang bersama teman-temannya. Anak-anak tersebut biasanya khas layaknya masa kanak-kanak, suka bermain dengan riangnya dan sesekali saling berselisih dengan teman-temannya. Hal ini seringkali berakibat pada riuh hingga ributnya suasana di tempat ibadah. Keributan tersebut dapat berasal dari tangisan anak-anak, suara bergurau dan canda tawa, hingga keributan dengan aktivitas fisik seperti berlari-lari, bermain aneka permainan hingga berkelahi.
Menyikapi anak-anak yang ribut di tempat ibadah menimbulkan sikap pro dan kontra. Ada yang menganggap anak-anak yang membuat ribut tersebut mengganggu khidmadnya proses peribadatan dan mengurangi kekhusukan orang dewasa dalam beribadah sehingga harus dimarahi bahkan di usir keluar dari tempat ibadah setidaknya ke halaman. Namun ada juga yang menganggap hal tersebut dibiarkan saja karena memaklumi sikap anak-anak memang demikian adanya.
Saya sendiri sebagai orang dewasa yang punya kewajiban untuk beribadah di masjid/musholla, sangat merasa terganggu dengan keributan anak-anak saat peribadatan sedang berlangsung, khususnya yang sedang berada di ruang utama bahkan apalagi dalam barisan (shaf) orang dewasa. Keributan yang dimaksudkan adalah berupa suara bergurau dan canda tawa, keributan dengan aktivitas fisik seperti berlari-lari, bermain aneka permainan hingga berkelahi. Adapun suara anak yang menangis bukanlah termasuk kategori gangguan, karena sang Imam pun wajib memperhatikan hal ini bila terjadi, agar tidak melaksanakan sholat terlalu panjang dan lama. Juga tidaklah mengganggu bila anak-anak tersebut ribut dan bermain-main seperti di halaman masjid atau bukan ruang tempat proses ibadah seperti sholat sedang berlangsung.
Saya punya pengalaman yang sangat membekas sampai sekarang, terkait anak-anak yang ribut bermain dalam ruang utama masjid. Bila teringat hal tersebut, timbul rasa khawatir di dalam hati. Beberapa tahun lalu saat belum berkeluarga, saya datang ke sebuah masjid dimana banyak anak-anak yang sedang bermain di ruang utama sholat. Beberapa anak-anak berlarian saling berkejaran. Setelah mencari tempat yang relatif aman dan tidak dilalui anak-anak, sayapun sholat.
Ketika saya sedang akan rukuk, tiba-tiba ‘brak’. Terdengar suara lumayan keras. Saya merasakan bergoyang dan kepala bagian kanan di atas telinga memanas, berdenyut cenat-cenut. Sejenak sholat saya terhenti masih dalam posisi rukuk. Di samping saya dekat tempat sujud seorang anak terduduk sambil mengusap-usap kepalanya di bagian jidat. Saya segera percepat sholat yang kebetulan sudah rakaat terakhir, agar bisa segera memeriksa keadaan anak tersebut. Namun anak tersebut sudah pergi saat saya baru saja melanjutkan sholat.