Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pensiun, Siapa Takut?

17 Mei 2025   13:52 Diperbarui: 18 Mei 2025   10:20 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi melewati gerbang | Pexel/Stijn Dijkstra

Masa kerja adalah perjalanan panjang yang mengarah pada suatu tujuan. Dalam horizon waktu, sepintas nampak bahwa perjalanan itu mengarah ke sebuah ujung. Namun sebagaimana kita mengalami horizon, meski dari jauh nampak bagai garis atau batas, seturut kita mendekat, atau merasa mendekat, garis itu nyatanya tidak ada di ujung langkah. Dia masih tetap nun di sana. Melangkahlah lagi, maka kita akan berjumpa dengan kenyataan yang sama. Kenyataan bahwa horizon itu secara nyata tidak pernah jelas menyatakan dirinya ketika kita mendekat.

Saat kita merasa semakin mendekat ke ujung batas masa kerja, baiknya sejenak bertanya lagi apa sebenarnya tujuan dalam perjalanan panjang masa kerja itu? Berjalan menuju horizon semata, atau ada nilai "menjadi (to be)" yang dituju?

"ketika tiba saatnya pensiun, seolah-olah tirai kehidupan profesional ditutup, padahal panggung kehidupan masih luas terbuka"

Tujuan-tujuan yang mungkin teredam oleh kesibukan rutinitas kini memiliki ruang untuk bertumbuh. Dengan menyadari bahwa horizon itu hanya batas pandangan mata semata, maka pensiun mestinya akhir dari produktivitas, melainkan peluang transformasi energi dan fokus untuk fase berikutnya.

Dari perspektif teleologis, masa pensiun dapat dilihat sebagai kesempatan berharga untuk merealisasikan potensi diri yang belum sepenuhnya tereksplorasi. Waktu untuk mendalami minat dan hobi yang tertunda, belajar hal-hal baru tanpa tekanan kinerja. Waktu untuk berkontribusi pada komunitas dengan cara yang lebih bebas dan personal. Tujuan hidup yang mungkin terabaikan dalam hiruk pikuk pekerjaan kini dapat kembali menjadi kompas yang menuntun langkah.

Lebih dari itu, gerbang pensiun adalah "checkpoint" untuk refleksi dan kontemplasi. Setelah bertahun-tahun berorientasi pada pencapaian eksternal, kini saatnya untuk menoleh ke dalam diri, merenungkan makna hidup yang sejati, dan memperdalam hubungan dengan orang-orang terkasih. Tujuan spiritual dan emosional menjadi semakin relevan, membawa kedamaian dan kepuasan yang mendalam.

Maka, pensiun bukanlah sebuah perhentian, bukan sekadar masa istirahat pasif, melainkan sebuah fase aktif dalam mencapai tujuan-tujuan hidup yang lebih holistik. Pensiun adalah waktu untuk menuai buah dari kerja keras selama ini, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam kebijaksanaan, kedewasaan, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar.

Dalam bahasa kaum eksistensialis, gerbang pensiun adalah momen eksistensial yang signifikan. Eksistensialisme, yang menekankan kebebasan, tanggung jawab, dan subjektivitas individu, akan melihat pensiun bukan sebagai akhir yang pasif, melainkan sebagai titik krusial di mana individu dihadapkan pada kebebasan yang lebih besar dan tanggung jawab untuk menciptakan makna baru dalam hidup mereka.

Kenapa?

Karena status pensiun justru merubuhkan struktur dan rutinitas pekerjaan yang sebelumnya mendefinisikan waktu dan identitas seseorang. Tak ada lagi kewajiban rutin untuk "setor muka" di aplikasi presensi. Namun di sisi lain kebebasan yang melimpah bisa menghadirkan "kebingungan" karena muncul tuntutan baru untuk memebuat pilihan-pilihan baru tentang, paling tidak, bagaimana memanfaatkan kebebasan tersebut dengan energi dan waktu yang kini dirasa melimpah.

Eksistensialisme menolak gagasan bahwa makna hidup sudah ada atau diberikan dari luar. Sebaliknya, makna diciptakan melalui tindakan, pilihan, dan keterlibatan individu dengan dunia. Pensiun adalah kesempatan untuk mendefinisikan kembali diri sendiri dan apa yang dianggap berharga dalam hidup.

"Kutukan kebebasan"  dapat menimbulkan kecemasan eksistensial. Individu mungkin bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan tentang identitas diri tanpa pekerjaan, tujuan hidup di masa depan, dan rasa tidak pasti tentang bagaimana menghabiskan sisa hidup mereka. Kaum eksistensialis tidak melihat kecemasan ini sebagai sesuatu yang harus dihindari sepenuhnya, melainkan sebagai bagian tak terhindarkan dari kondisi manusia ketika menghadapi kebebasan dan ketidakpastian.

Setiap pilihan yang dibuat selama masa pensiun akan membentuk esensi individu di masa depan, karena individu bertanggung jawab penuh atas pilihan mereka dan konsekuensinya. Itu kata kaum eksistensialis. Bagaimana seseorang mengisi waktu pensiun mereka, hubungan apa yang mereka pertahankan atau kembangkan, dan tujuan apa yang mereka kejar, semuanya akan berkontribusi pada siapa mereka menjadi di babak kehidupan ini. Artinya momen pensiun adalah momen untuk mempertegas keaslian diri. Momen untuk lepas dari ekspektasi sosial ataupun struktural yang sebelumnya diemban. Tak ada lagi jadwal harian, mingguan maupun tahunan yang ditetapkan pihak lain karena peran sebagai "pekerja" mengharuskan kita mengerjakan hal-hal tersebut. Saatnya mengejar minat yang terpendam dan hubungan yang lebih mendalam tanpa bumbu kewajiban.

Di sisi lain, pensiun seringkali terjadi bersamaan dengan kesadaran yang lebih kuat akan usia dan keterbatasan fisik, serta refleksi tentang kefanaan hidup. Bukankah banyak yang semakin mendekat dengan tempat ibadah saat pensiun? Eksistensialisme mendorong individu untuk menghadapi kenyataan ini secara langsung dan otentik, bukan menghindarinya. Kesadaran akan kematian dapat menjadi pendorong untuk hidup lebih bermakna di masa kini

Artinya, lihatlah pensiun sebagai momen yang menantang namun penuh potensi. Momen di mana kebebasan dan tanggung jawab individu menjadi lebih menonjol, menuntut adanya refleksi mendalam dan penciptaan makna yang baru. Alih-alih melihatnya sebagai akhir, rangkullah kebebasan ini dan dengan sadar bentuklah eksistensi yang otentik di babak kehidupan yang baru ini.

Dengan perspektif tersebut, seorang pensiunan dapat meluangkan waktu, yang kini berlimpah, untuk merenungkan kembali tujuan hidup dengan lebih mendalam. Apa saja yang benar-benar memberi makna dan kepuasan di luar konteks pekerjaan? Apapun usaha yang akan dilakukan, sebaiknya selaras dengan tujuan hidup agar memberikan rasa pemenuhan yang berkelanjutan.

Sepanjang atau sependek apapun seseorang hidup di dunia, pada akhirnya yang akan dikenang orang adalah warisan yang ditinggalkan. Warisan tidak selalu berbentuk harta benda atau kekayaan lho! Produk atau layanan yang bermanfaat, dampak sosial yang positif bahkan inspirasi bagi orang banyak juga merupakan bentuk warisan yang berhagra. Memiliki visi yang jelas tentang dampak jangka panjang dapat memberikan motivasi dan arah yang kuat untuk mendefinisikan seperti apa kita nanti ingin dikenang.

Kelebihan seorang pensiunan adalah dia memiliki pengalaman yang dapat direfleksikan untuk tujuan di masa depan. Direfleksikan maknanya, bukan diduplikasi mentah-mentah ke masa depan! Dengan pengalaman panjang dan amatan obyektif pada masa kini, pensiunan dapat merumuskan  kembali tujuan hidupnya.

Memulai dengan kalimat teleologis "mengapa" dapat menjadi langkah awal melakukan identifikasi motivasi yang lebih dalam di balik keinginan seorang pensiunan untuk memulai usaha baru, misalnya. Saatnya melepaskan identitas yang mungkin terlalu mengikat pada pekerjaan sebelumnya. Usaha baru atau kegiatan baru bisa menjadi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan aspek-aspek lain dari diri kita. Siapa kita di luar peran profesional Anda sebelumnya? Usaha baru bisa menjadi bagian dari jawaban atas pertanyaan ini.

Memilih jenis usaha atau kegiatan yang benar-benar kita minati dan yakini, dan bukan hanya yang terlihat menguntungkan atau mengikuti tren. Keautentikan akan menjadi sumber motivasi dan ketahanan saat menghadapi tantangan. Jangan lupa, seorang pensiunan artinya veteran yang sudah teruji pengalamannya di fase sebelumnya!

Makna dalam usaha akan kegiatan baru tidak akan datang dengan sendirinya. Kita bertanggung jawab untuk menciptakannya melalui tindakan, interaksi, dan dampak yang dihasilkan. Definisi apa arti kesuksesan dalam konteks usaha atau kegiatan baru ini dapat melampaui sekadar keuntungan finansial. Bahkan memulai usaha di masa pensiun dengan perspektif mencari uang semata bisa menjadi pedang bermata dua dan tidak selalu krusial dalam artian esensial untuk kebahagiaan dan pemenuhan hidup, meskipun bisa menjadi penting secara finansial. Kekrusialannya sangat bergantung pada situasi keuangan individu, motivasi intrinsik, dan pemahaman mereka tentang apa yang membuat hidup bermakna di masa pensiun.

Bahkan jika kebutuhan finansial menjadi pertimbangan utama, akan lebih baik jika usaha yang dipilih tetap mempertimbangkan minat dan keterampilan pensiunan. Mencari usaha yang memiliki keselarasan, meski mungkin sedikit, dengan hal-hal yang disukai dapat meningkatkan motivasi dan mengurangi risiko stres. Masa pensiun adalah kesempatan emas untuk mengejar minat, hobi, berkontribusi pada masyarakat, dan menikmati waktu bersama keluarga dan teman. Fokus semata pada uang bisa mengorbankan kesempatan-kesempatan berharga ini.

Demikianlah, penelusuran lanskap masa pensiun, dari lensa tujuan hidup yang terarah hingga kebebasan eksistensial yang menantang, dan akhirnya, merangkul peluang yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi. Masa pensiun bukanlah sekadar garis akhir apalagi titik henti dari serangkaian babak produktif, sebaliknya dia dapat bertransformasi melalui sebuah transisi yang kaya akan potensi.

Selamat datang  panggung baru di mana tujuan-tujuan yang lebih dalam dapat dikejar dengan kearifan dan kebebasan yang diperoleh dari pengalaman hidup. Di panggung baru inilah panggilan teleologis untuk mencari makna dan kontribusi bertemu dengan imperatif eksistensial untuk menciptakan diri dan tujuan di tengah kebebasan yang terbentang.

Jangan lupa, perkembangan teknologi, dengan segala inovasi dan kemudahannya, telah hadir sebagai sekutu yang tak terduga. Dia membuka pintu bagi siapapun, termasuk pensiunan, untuk tidak hanya tetap relevan dengan derap jaman, tetapi juga untuk berkreasi, berbagi, dan bahkan membangun usaha baru dengan cara yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Kecerdasan buatan (AI) dan platform digital tidak memililiki batasan usia, melainkan jembatan yang menghubungkan pengalaman masa lalu dengan peluang masa depan.

Pada akhirnya, keberhasilan seorang pensiunan dalam memulai usaha atau terjun dalam kegiatan baru bukanlah semata-mata diukur oleh keuntungan materi, melainkan oleh rasa pemenuhan, keterlibatan yang bermakna, dan kemampuan untuk terus bertumbuh dan berkontribusi dalam babak kehidupan yang baru ini. Dengan memadukan kebijaksanaan usia, semangat untuk belajar, dan pemanfaatan teknologi yang cerdas, masa pensiun dapat menjadi babak yang paling memuaskan dan penuh arti dalam perjalanan hidup seseorang. Inilah saatnya untuk menuai bukan hanya hasil kerja keras, tetapi juga buah dari kebijaksanaan dan hasrat untuk terus berkarya dan bermakna.

Salam literasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun