A. Kebiasaan Minum Air Putih pada Mahasiswa
Kebiasaan minum air putih di kalangan mahasiswa merupakan aspek penting yang sering kali terabaikan dalam aktivitas sehari-hari. Studi oleh Popkin et al. (2010) menunjukkan bahwa lebih dari 50% mahasiswa tidak memenuhi asupan air harian yang direkomendasikan, dengan alasan kesibukan akademik dan preferensi terhadap minuman lain seperti kopi atau minuman berenergi. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya hidrasi yang cukup, di mana banyak mahasiswa hanya minum ketika merasa haus, padahal rasa haus sudah merupakan indikator awal dehidrasi.
Penelitian Armstrong et al. (2012) mengungkapkan bahwa kebiasaan hidrasi yang buruk pada mahasiswa berkaitan dengan gaya hidup yang tidak teratur, termasuk jam belajar yang panjang tanpa diselingi istirahat minum yang cukup. Faktor lingkungan seperti akses terhadap air minum yang terbatas di kawasan kampus juga turut mempengaruhi pola konsumsi air putih. Temuan ini didukung oleh data bahwa mahasiswa yang membawa botol minum sendiri cenderung memiliki asupan air yang lebih baik dibandingkan yang tidak membawa botol minum.
B. Tingkat Fokus Belajar Mahasiswa Selama Aktivitas Akademik
Tingkat fokus belajar merupakan komponen kritis dalam kesuksesan akademik mahasiswa. Menurut teori kognitif Sternberg (2017), fokus belajar melibatkan kemampuan untuk mempertahankan perhatian secara berkelanjutan terhadap materi pembelajaran, mengabaikan distraksi, dan memproses informasi secara efektif. Penelitian di lingkungan akademik menunjukkan bahwa mahasiswa dengan tingkat fokus yang baik cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mudah teralihkan perhatiannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fokus belajar sangat beragam, mulai dari faktor internal seperti kelelahan, stres, dan kondisi fisik, hingga faktor eksternal seperti lingkungan belajar dan metode pengajaran. Studi oleh Masento et al. (2014) secara khusus menyoroti pengaruh status hidrasi terhadap fokus, di mana mahasiswa yang cukup terhidrasi menunjukkan performa kognitif 25% lebih baik dalam tes konsentrasi dibandingkan dengan mereka yang mengalami dehidrasi ringan. Temuan ini menguatkan pentingnya mempertimbangkan aspek fisiologis dalam membahas kemampuan fokus belajar mahasiswa.
C. Hubungan Kebiasaan Minum Air dengan Fokus Belajar pada Mahasiswa
Hubungan antara kebiasaan minum air putih dengan tingkat fokus belajar didasarkan pada mekanisme fisiologis otak yang sangat bergantung pada kecukupan cairan tubuh. Penelitian Adan (2012) menjelaskan bahwa dehidrasi ringan sekalipun dapat mengurangi aliran darah ke otak dan mengganggu keseimbangan neurotransmiter, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap fungsi kognitif termasuk konsentrasi dan daya ingat. Hal ini terutama relevan bagi mahasiswa yang membutuhkan kemampuan fokus yang tinggi dalam proses belajar mereka.
Studi korelasional oleh Riebl dan Davy (2013) pada populasi mahasiswa menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara frekuensi minum air putih dengan kemampuan mempertahankan konsentrasi selama belajar. Mahasiswa yang mengonsumsi air secara teratur menunjukkan skor lebih tinggi dalam tes perhatian berkelanjutan dibandingkan dengan mereka yang kurang minum. Temuan ini diperkuat oleh hasil pemindaian fMRI yang menunjukkan aktivitas lebih optimal di area prefrontal cortex - bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif - pada responden yang terhidrasi dengan baik. Dengan demikian, penelitian ini memberikan dasar empiris yang kuat untuk menguji hubungan kedua variabel tersebut dalam konteks yang lebih spesifik.
D.Penelitian Terdahulu Mengenai Hubungan Kebiasaan Mahasiswa Minum Air Putih Dengan Fokus Saat Belajar
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya hubungan antara asupan air putih dengan kemampuan kognitif, termasuk fokus dan konsentrasi. Studi oleh Masento et al. (2014) menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi air dalam jumlah cukup sebelum melakukan tes kognitif menunjukkan peningkatan signifikan dalam kecepatan reaksi dan ketahanan fokus dibandingkan kelompok yang dehidrasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen terkontrol dengan pengukuran objektif melalui tes neuropsikologis, sehingga memberikan bukti kuat bahwa hidrasi yang baik dapat meningkatkan performa mental. Namun, studi ini belum melihat kebiasaan hidrasi sehari-hari dalam konteks nyata, seperti aktivitas belajar mahasiswa. Â
Penelitian lain oleh Riebl & Davy (2013) yang berfokus pada populasi mahasiswa menemukan bahwa peserta dengan asupan air yang cukup memiliki nilai akademik lebih tinggi dibandingkan mereka yang kurang terhidrasi. Hasil ini didukung oleh pengukuran melalui kuesioner frekuensi minum air dan analisis nilai ujian, menunjukkan bahwa kebiasaan hidrasi yang baik berkorelasi dengan peningkatan performa belajar. Namun, penelitian ini belum secara spesifik mengukur tingkat fokus saat belajar, melainkan hanya melihat hasil akhir berupa nilai akademik. Selain itu, metode analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson, yang kurang tepat jika data berskala ordinal, sehingga penelitian ini belum sepenuhnya menjawab bagaimana hubungan kebiasaan minum air dengan fokus belajar jika diukur dengan pendekatan statistik non-parametrik. Â
Sementara itu, Benton & Burgess (2009) melakukan eksperimen terkontrol untuk menguji dampak dehidrasi ringan terhadap memori dan konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang mengalami dehidrasi mengalami penurunan signifikan dalam tes memori kerja dan rentang perhatian. Namun, penelitian ini dilakukan dalam setting laboratorium dengan kondisi dehidrasi yang diinduksi secara sengaja, sehingga belum menggambarkan kebiasaan hidrasi alami mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini belum menguji variabel fokus belajar secara langsung, melainkan hanya mengukur performa kognitif dalam tes singkat. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang menguji hubungan antara kebiasaan minum air secara alami dengan tingkat fokus belajar menggunakan analisis statistik yang sesuai untuk data ordinal, seperti korelasi Spearman's Rho, untuk memberikan gambaran yang lebih akurat dan aplikatif dalam konteks akademik mahasiswa.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Pendekatan ini dipilih untuk menguji dan menganalisis derajat hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal, yaitu Kebiasaan Minum Air Putih (variabel X) dan Fokus Saat Belajar (variabel Y). Metode kolerasional memungkinkan peneliti untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan antar variabel tanpa melakukan manipulasi terhadap variabel-variabel tersebut.
Karena data yang didapat berupa skor kebiasaan minum air putih dan fokus saat belajar yang berskala ordinal serta tidak memenuhi asumsi normalitas, maka analisis data menggunakan Uji Kolerasi Spearman Rank (Spearman's Rho). Uji ini merupakan Teknik statistic non- parametrik yang digunakan untuk mengukur tingkat hubungan monotonic antara dua variabel ordinal atau interval yang tidak berdistribusi normal.
Dengan pendekatan ini, peneliti dapat mengidentifikasi apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan mahasiswa minum air putih dengan fokus saat belajar mereka. Hasil dari analisis hubungan kedua variabel ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan strategi pembeljaraan yang mendorong peningkatan kebiasaan mahasiswa minum air putih dengan fokus saat belajar.
   Rumus Korelasi Spearman Rank