Mohon tunggu...
Ellys Utami Purwandari
Ellys Utami Purwandari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Pecinta travelling, fotografi, dan masih terus belajar dalam menulis. Mimpi terbesar adalah ingin menimba pengalaman dari berbagai belahan dunia. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Libya, Khadafi, dan Sepenggal Kisah Anak Manusia

24 Oktober 2011   10:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak membahas tentang bagaimana Khadafi berkuasa di negara yang kaya minyak di utara Afrika. Karena aku tak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi rakyat Libya yang (katanya) dipimpin oleh seorang diktator itu. Aku hanya sempat memiliki sedikit keterikatan batin dengan negara yang bernama Libya ini saat aku akan pindah ke negara itu. Aku hanya mendengar cerita tentang negara ini, bagaimana kondisi geografis, bagaimana orang-orangnya, bagaimana kebiasaannya hanya dari cerita suami dan sedikit membacanya dari internet. Kematian Khadafi bagi sebagian orang yang menganggapnya musuh adalah hal yang paling membahagiakan tapi tidak bagi pendukung setianya. Tidak hanya Khadafi tapi kita sebagai makhluk yang namanya manusia ini. Yaa... 2 sisi ini pasti ada dalam diri manusia, positif dan negatif, suka dan benci, senang dan tidak senang. Kematiannya dianggap sebagai balasan atas kediktatorannya saat berkuasa sehingga mereka menganggap pantas memperlakukan Khadafi seperti maling yang kepergok mencuri. Sudahlah, biarkan Tuhan yang menilainya... Tapi ini sisi lain tentang kemanusiaan, bukan tentang kekuasaan atau minyak yang menjadi rebutan manusia serakah. Cerita tentang manusia yang fitrahnya adalah makhluk yang cinta damai... Sejak pecah perang saudara di Libya, ada satu keluarga teman suami yang meskipun aku hanya mengenalnya lewat foto dan cerita, aku merasakan kedekatan emosional dengannya. Sebuah keluarga kecil keturunan Palestina dengan 2 anak yang lucu. Saat awal pecah konflik di Libya, tidak terlalu banyak masalah yang dikeluhkannya saat kami menelponnya dari Indonesia.. gaji dari tempatnya bekerja masih diterima, bahan pokok dan bahan bakar masih lancar-lancar saja. Perang yang diberitakan di stasiun TV membuat kami mengkhawatirkannya tapi dia bilang tidak masalah karena perang terjadi di luar Tripoli. [caption id="attachment_139162" align="aligncenter" width="370" caption="Mustafa dan anak pertamanya, Agustus 2010"][/caption] 3 Bulan terakhir saat perang mulai masuk Tripoli, suamiku coba menghubunginya. Gaji sudah tidak diterimanya, bahan makanan pokok sangat mahal, air yang sulit didapatkan serta bensin yang dulunya sangat mudah dan murah, menjadi langka dan mahal. Suara-suara tembakan dan bom sudah menjadi hal yang lumrah didengarkan. "Kami hanya di rumah saja" katanya. Ahhh... aku tidak sanggup membayangkan keadaan 2 anak balitanya. Bagaimana bisa hidup layak dengan kondisi perang dan kesulitan segala hal..?? [caption id="attachment_139166" align="aligncenter" width="412" caption="Undangan buka puasa tahun lalu di rumah Mustafa menjadi kenangan indah "][/caption] Terakhir setelah kematian Khadafi, suamiku coba menelponnya lagi. Dia bilang, keadaan masih seperti perang, belum ada perubahan terutama bahan makanan yang masih mahal dan air yang susah. Tidak ada uang karena perusahaan tempatnya bekerja tidak lagi membayarnya nggak tau sampai kapan. Saat ini dia sedang sakit dan berat badannya turun sampai 10 kg. Sampai kapan kondisi seperti ini dia juga belum bisa memastikannya. [caption id="attachment_139164" align="aligncenter" width="395" caption="Mustafa Jr. yang pemalu.... entah bagaimana keadaannya saat ini. "][/caption] Selalu saja aku menitikkan air mata ketika suamiku bercerita tentang temannya yang hanya ku kenal lewat foto dan cerita. Bagaimanapun perang selalu membuat rakyat sipil menderita......  Semoga saja keadaan ini segera berakhir....

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun