Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... bidang Ekonomi

Penceèdas Bangsa dan Pengamat Ekonomi Sumatera Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadikan Ramadhan Momen Menekan Produksi (Diet) Sampah!

14 Maret 2025   05:52 Diperbarui: 14 Maret 2025   07:56 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh Amidi


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang disediakan pemerintah terus menggunung, tidak terkecuali pada bulan Ramadhan.  Sampah yang kita produksi atau kita hasilkan atau kita buang setiap hari tersebut, pada dasarnya bisa ditekan, dengan kata lain bisa dilakukan "diet sampah"  terlebih di bulan Ramadhan ini.

 

Volume Produksi Sampah.


Berdasarkan data, negeri ini menghasilkan atau memproduksi sampah sekitar 69,7 juta ton sampah per tahun. Setiap anak negeri ini menghasilkan atau memproduksi sampah sekitar 0,7 hingga 1 kg sampah (semua sampah termausk sisa makanan) per hari. (Ringkasan AI-2024)

Bila dirunut sampah yang dihasilkan atau di produksi tersebut, terdiri dari  beberapa jenis, dan ternyata sampah makanan merupakan komposisi sampah yang paling banyak ditemukan, yakni sebanyak 30,8 persen. Selanjutnya diikuti sampah plastik sebesar 18,5 persen, sampah kayu, ranting dan daun sebanyak 12 persen, sampah kertas/karton 11,2 persen, sampah kain sebanyak  4,9 persen, sampah logam sebanyak 3,56 persen, sampah karet/kulit sebanyak  3,5 persen, sampah kaca sebanyak 2,8 persen dan jenis sampah lainnya sebanyak  12,8 persen (Pikiran Rakyat.com, 10 April 2021)

Kemudian, berdasarkan laporan  terbaru Economist Intelligence Unit (EIU)  menunjukkan setiap orang di negeri ini  setiap tahunnya menghasilkan sekitar 300 kg sampah makanan. Jumlah tersebut menempatkan Indoenesia sebagai negara kedua di dunia yang meghasilkan sampah  makanan terbesar setelah Arab Saudi.

Bila ditelisik dari perkembangan sampah yang ada, terutama sampah makanan, saat ini diperkirakan sampah makanan di negeri ini bertambah relatif banyak. Seiring dengan pertambahan unit bisnis makanan/minuman atau kuliner yang ada, diperkirakan jumlah sampah makanan tersebut sudah mencapai 40-50 persen.

 

Menekan Volume (Diet) Sampah.


Sampah yang kita hasilkan atau produksi tersebut, sebenarnya  bisa dikurangi volumenya (diet), terutama pada momen bulan Ramadhan ini. Di bulan Ramadhan  anak negeri ini yang mayoritas sedang menjalankan ibadah puasa  berarti akan banyak jumlah orang yang  harus menahan atau tidak  makan/minum di siang hari, dengan menahan atau tidak makan/minum di siang hari berarti sampah yang akan kita hasilkan atau produksi pun akan berkurang, atau akan terjadi "diet sampah".

Namun, kalau disimak dilapangan, sampah tetap saja menumpuk dan terus bertambah, secara kasat mata, hanya di tempat tertentu volume--nya   sedikit berkurang. Jika di luar bulan Ramadhan, produksi sampah sepertinya sulit dibendung, di bulan Ramadhan ini setidaknya volume-nya bisa di tekan.

Untuk menekan volume atau diet sampah, menurut saya ada dua (2) langkah yang perioritas harus dilakukan, terlebih di bulan Ramadhan ini yakni pengelolaan kembali (recycle/reduce) dan harus ada kemauan menekan mubazir.

Recycle/Reduce.


Baik di luar bulan Ramadhan maupun di bulan Ramadhan, kegiatan pengelolan kembali (recycle/reduce) masih tetap perlu dilakukan, selain bisa menekan volume sampah, juga akan menciptakan nilai ekonomi sampah (economic velue).

Langkah pengelolaan kembali sampah tersebut sangat memungkinkan dan mempunyai peluang besar di bulan Ramadhan ini, karena waktu dan aktivitas untuk makan/minum yang kita butuhkan tersebut bisa kita manfaatkan  yang untuk melakukan suatu aktivitas lain termasuk  pengelolaan kembali sampah yang ada.

Dari berbagai jenis sampah yang ada, terutama sampah plastik, misalnya botol air minum atau barang bekas dengan bahan dasar plastik, sebenarnya dapat diolah menjadi berbagai barang yang dapat digunakan kembali, seperti diolah untuk dijadikan pot  bunga, diolah untuk dijadikan botol kembali, diolah untuk dijadikan berbagai bentuk barang lainnya yang bernilai ekonomi.

Di bulan Ramadhan ini kita dapat mendorong kreativitas pengrajin sampah, dengan memanfaatkan waktu luang di siang hari. Pihak k yang berwenang, harus terus mendorong kreativitas pengrajin sampah dengan  menghimbau dan atau menitip himbauan pada institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan/sosial dan lainnya  agar pihak yang dihimbau  terdorong  untuk melakukan pengolahan kembali sampah yang kita produksi.

                                                                                                              

Di bulan Ramadhan ini perlu diupayakan  menciptakan tenaga terampil baru yang akan mengelola kembali sampah menjadi barang bernilai ekonomi. Pihak yang berwenang agar dapat menciptakan tenaga terampil, seperti rekan kita yang ada di pulau Jawa yang  kreatif dan trampil, dengan jalan memberikan berbagai pelatihan, baik melalui balai latihan kerja maupun unit lainnya.

Kemudian perlu memberikan incentif (THR) kepada pengrajin atau kreator pengelola sampah, dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendorong tenaga-tenaga trampil dalam pengelolaan sampah tersebut, agar produktivitas  mereka terus meningkat, tidak salah, kalau kita  memberikan incentif, bantuan modal, bantuan pemasaran dan bantuan  lainnya.

Hindari Mubazir!


Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah harus ada upaya menekan perbuatan mubazir, terlebih di bulan Ramadhan ini. Jika masing-masing individu anak negeri ini bisa menekan tindakan mubazir, terutama dalam hal makanan/minuman, maka dapat dipastikan akan dapat menekan volume sampah atau diet sampah yang kita harapkan tersebut.

Untuk menekan volume sampah makanan/minuman  tersebut, di bulan Ramadhan ini kita mutlak  harus dapat menekan tingkat ke-mubazir-an yang sering kita lakukan, di  sepanjang bulan Ramadhan.

Tindakan yang mendorong rasa emosi yang berlebihan dalam menyantap makanan/minuman  sedapat mungkin harus dihindari. Makan/minum-lah sesuai dengan volume yang di butuhkan tubuh kita. Tidak salah, kalau kita mengambil makanan tersebut sedikit demi sedikit, tinggal menambah, jika masih dirasakan perut belum penuh/kenyang.

Jika kita makan/minum di luar rumah, di hotel, di restoran, di rumah makan atau tempat makan/minum  lainnya, pesan-lah makanan sesuai dengan volume yang kita butuhkan,  jika nanti masih terasa kurang, tinggal memesan kembali untuk meminta tambahan. Gunakan  "wadah khusus untuk tambahan", misalnya;  piring kecil berisi nasi untuk tambahan, dan jenis makanan yang lain menyesuaikan .

Kemudian, ke-mubazir-an yang sering kita lakukan dalam hal makan/minum tersebut di bulan Ramadhan ini, karena kita lebih mengedepankan "hawa nafsu", jauh sebelum tibanya berpuka puasa, kalau bisa semua makanan/minuman mau kita sedikan atau mau kita beli semua, sehingga meja makan penuh dengan makanan/minuman. Eh! Pada saat tiba waktu berbuka, tidak semua makanan/minuman yang tersedia atau di beli  tersebut dimakan semua, sehingga berpeluang untuk menciptakan ke-mubazir-an tersebut.

Padahal kita tahu, mubazir itu teman-nya setan. Dalam QS Al-Isra' ayat 27 yang berbunyi "Innal mubazzirina ikhwaanasysyayaathiin, wa kaanasy syaitanu li robbihi kufuura". Artinya; sesungguhnya pemboros-pemboros itu  adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya"

Untuk itu,  di bulan Ramadhan kali ini, mari  kita kembali merenung dan menggali kembali hakikat dari perintah puasa itu sendiri yakni meningkatkan atau mencapai ketakwaan tertinggi.

Hal ini termaksutb dalam QS Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi; "Ya ayyuhalladzina amanu kutiba 'alaikumush shiyamu kama kutiba 'alalladzina ming qablikum ;a 'allakum tattaqun". Artinya; "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa  sebagaimana diwajibkan  atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Kemudian, bila disimak secara seksama, dengan berpuasa kita dapat mendisiplin diri atau melatih disiplin diri dan juga dapat menjaga kesehatan diri. Disiplin diri karena kita dituntun untuk mematuhi ketentuan waktu berpuasa dan menjauhi segala larangan yang membatalkan puasa.

Selanjutnya dengan adanya kedisiplinan waktu makan/minum atas  makanan/minuman yang kita konsumsi pada saat berbuka dan sahur tersebut, berarti  kita  sudah dapat menjaga kesehatan diri.


Dengan demikian, berpuasa bukan hanya untuk mencapai tujuan yang tersurat saja, tetapi kita pun sudah dapat mencapai tujuan yang tersirat yakni dapat menekan tingkat ke-mubazir-an yang sekaligus akan menekan volume sampah atau dengan kata lain kita sudah bisa melakukan "diet sampah". Semoga!!!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun