Beberapa hari ini anak negeri ini diperlihatkan oleh kegiatan aksi demo mahasiswa yang mengusung tema "Indonesia Gelap", walaupun banyak yang pro, tetap ada juga yang kontra atas demo tersebut.Â
Tagar "Indonesia Gelap" tersebut viral di media sosial. Demo yang dilakukan mahasiswa tersebut sebagai bentuk protes/kritik/kekecewaan terhadap kondisi negeri ini saat ini.
Sedikitnya ada tiga belas (13) tuntutan mahasiswa yang menyuarakan "Indonesia Gelap". Dari aspek ekonominya, antara lain; Cabut proyek startegis nasional.Â
Cabut Instruksi Presiden Nomor 1 Thaun 2025, Evaluasi Makan Bergizi Gratis, Efisisensi Kabinet Merah Putih, Realisasikan Tunjangan Kinerja Dosen dan tuntutan lain diluar aspek ekonomi.
Tuntutan Realistis?
Bila disimak, dari peran mahasiswa sebagai "agent of change", sebagai agen perubahan ke arah yang lebih baik, tidak ada salahnya bahkan memang seharusnya kalau mereka menyuarakan atau menyampaikan "kritikan" atas kondisi saat ini, terutama kondisi ekonomi negeri ini.
Kita harus berperasangka baik, bahwa mahasiswa dengan nurani yang dalam, terlepas dari adanya "titipan"", "kepentingan pihak tertentu", "pengaruh luar", yang jelas mereka harus kita letakkan pada posisi sebagai penerus bangsa, sebagai begian dari anak negeri ini, sebagai bagian integral kemajuan negeri ini.
Belakangan ini, terjadi "saling klaim", dalam memberi suatu pernyataan dari posisi masing-masing, terlepas berdasar atau tidak.Â
Misalnya, dari pihak yang di protes, menyatakan "Indonesia terang benderang" kok, ada lagi pihak lain yang menyatakan "lho yang gelap", "Indonesia Terang Kok", dan lainnya.Â
Ada artikel yang mengangkat topik; :"Berebut Gelap dan Terang" (Abdul Kohal dalam metrotvnewrs.com, 22 Pebruari 2025).Â