Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sepertinya Sulit Menghentikan "Bakar Uang" Menjelang Tahun Baru

1 Januari 2023   09:17 Diperbarui: 1 Januari 2023   09:21 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Bisakah Menghentikan "Bakar Duet"  di Malam Tahun Baru

(Sebaiknya Alihkan dengan Kegiatan Lain yang Positif)

 Sudah puluhan tahun kebiasaan  dikalangan  masyarakat kita menyalakan kembang api pada saat detik -- detik menjelang atau memasuki tahun baru. Tidak hanya itu, kini penggunaan kembang api pun terus berkembang, saat ini dikalangan masyarakat kita sering menggunakan / menyalakan kembang api pada saat ada acara keluarga, ulang tahun, acara seremonial baik dalam acaea seremonial berskala kecil maupun bersekala besar dan dalam kegiatan lainnya.

Misalnya saja di kalangan pemerintah pada saat membuka acara pertandingan bidang olah raga, sering sekali menggunakan / menyalakan kembang api yang sangat gebiar dan bombastis, yang menandai bahwa acara tersebut  telah dibuka dengan resmi.  

Begitu juga dengan kegiatan lain dikalangan masyarakat  kita, sepertinya tanpa menggunakan dan atau menyalakan kembang api, kegiatan tersebut dianggap kurang sempurna bahkan dianggap kurang meria.

Jika disimak dari ragam dan harga kembang api tersebut, ternyata ragaam nya banyak sekali dan harganya pun bervariasi, mulai dari yang murah, seperti tipe  Cobra hnya  Rp.  1.500,-  sampai dengan jenis Star Warrior yang harganya mencapai  Rp. 10 jutaan, untuk lebih lengkapnya lihat  Anang Panca,   dalam harga.web.id, 22 Juni 2022.

Jika dicermati, untuk membeli kembang api tersebut barang tentu akan merogoh kantong bahkan akan membuat kantong bisa "bolong" alias uang akan terkuras, hanya sekedar untuk euphoria, hanya sekedar untuk hiburan, hanya  sekedar untuk menyambut tahun baru dengan kegembiraan sesaat. Jika demikian, maka membakar / menyalakan kembang api tersebut  tidak berlebihan kalau saya istilahkan tak ubahnya kita "MEMBAKAR UANG". Betapa tidak, karena paling kecil kita akan mengeluarkan uang dalam hitungan jutaan rupiah demi hiburan yang dimaksud tersebut.

Sejarah Kembang Api.

Kompas, 28 Desember 2022, mensinyalir bahwa sejarah perkembangan kembang api kini semakin pesat, tak hanya sekedar letupan sederhana, tetapi  juga bisa membuat bentuk, warna, hingga suara yang tentu saja menambah marak suasana.

Sejarah kembang api ditemukan di China, meski beberapa orang  juga berpendapat  bahwa asal mula kembang api diyakini berasal dari Timur Tengah atau India.

Dikutif dari Live Science (27/12/2022) pada  sekitar tahun  800 M, alkemis dari China mencampur senyawa  belerang, arang dan menciptakan  bubuk mesiu mentah. Alkemis ini sebenarnya sedang mencari  cara untuk kehidupan abadi, tetapi apa yang mereka  ciptakan tetap mengubah dunia.  Begitu mereka menyadari apa yang dibuat itu, orang China  pun percaya bahwa ledakan, yang kemudian menjadi cikal bakal  kembang api tersebut, akan menjauhkan roh jahat.

Dampak Negatif Kembang Api.

Kembang Api yang dinyalakan pada saat menjelang pergantian tahun baru  dan atau pada saat even yang lain itu, akan memberi dampak negatif, baik dampak bagi kesehatan, lingkungan maupun keamanan.

Dari sisi kesehatan, kembang api akan berdampak bagi kesehatan, antara lain; akan menyebabkan  luka bakar, akan menimbulkan polusi udara, akan menciptakan polusi suara alias bising, akan melukai hewan, akan menyebabkan kebakaran,  dan akan mencmari air (perairan). Rheza Aditya Gradinto (28 Desember 2022).

Tidak hanya itu, kembang api pun terkadang berdampak pada diri manusia sendiri yang menyalakan kembang api dan atau manusia yang berada disekitar arena dimana kembang api tersebut dinyalakan. Seperti di suatu negara ada kembang api yang dirancang dalam balon besar, setelah balon tersebut disulut dengan api diharapkan di atas akan meledak dan memancarkan kembang api ke berbagai penjuru. Eh, ternyata yang terjadi sebaliknya. Akibat perancang  tidak telaten, maka balon belum terbang sudah meledak dan kembang api pun sudah berhamburan di sekitar lokasi, tak ayal lagi orang-orang yang di sekitar lokasi tersebut   mengalami luka bakar dan kendaraan yang terparkir pun meledak. Bukankah tidak kecil kerugian yang terjadi.

Atau suatu kejadian yang tak diinginkan. Ada seorang yang sedang memegang kembang api dengan maksud untuk dinyalakan dan dilepaskan. Eh, ternyata bigitu dinyalakan, si pemegang kembang api tersebut terlambat melepaskan kembang api --nya, sehingga tak ayal lagi tangan si pemegang kembang api tersebut luka bakar dan robek.

Belum lagi, jika orang yang sedang menderita penyakit jantung, begitu kembang api dinyalakan, bisa saja membuat si penderita "kaget", "cemas", dan lebih jauh bisa berakibat fatal. Nah, kalau sudah begitu, luar biasa kerugian dan dosa yang kita ciptakan.

Masih banyak lagi pengalaman negatif, pengalaman dalam menyalakan kembang api, terjadi cedera, baik ceda yang ringan maupun cedera serius. Belum lagi, akibat api dari kembang api tersebut menyebabkan rumah warga terbakar. Dengan demikian tidak kecil, kerugian yang terjadi akibat menyalakan kembang api tersebut.

Dengan mencermati perkembangan yang terjadi disekitar per-kembang api-an ini, ditambah lagi dengan terus berkembangnya ragam kembang api yang ada, dan mengingat penggunaan kembang api ini terus meluas, maka sepertinya sulit menghentikan penggunaan dan atau menyalakan kembang api dikalangan masyarakat kita.

Apalagi kita belum mempunyai keinginan untuk menghentikannya, menurut saya, kalau kita sudah ada keinginan untuk menghentikannya, barang tentu akan ada usaha untuk itu. Setidaknya membatasi penggunaan dan atau menyalakan kembang api di kalangan masyarakat kita. Apakah dengan ketentuan, aturan, atau apun yang bisa kita lakukan.

Menurut hemat saya, untuk sementara ini perlu dilakukan pengaturan terlebih dahulu, misalnya jika ingin menggunakan dan atau menyalakan kembang api di suatu even, batasi durasi dan  kapasitasnya, misalnya penggunaan dan atau menyalakan kembang api menjelang pergantian tahun atau menyambut tahun baru, kembang api diperbolehkan dinyalakan dengan durasi waktu tidak lebih 30 menit (dari jam 12.00  WIB sampai dengan 12.30 WIB). Kemudian bila perlu batasi jenis/ragam kembang api yang boleh digunakan. Ini penting agar tidak menimbulkan kebisingan yang dahsyat.

Dalam jangka panjang mungkin penggunaan dan atau menyalakan kembang api ini perlu dihentikan, diganti dengan kegiatan yang tidak kalah meriahnya, tidak kalah gebiarnya, tidak kalah hebohnya, tidak kalah ramainya, dengan kondisi menyalakan kembang api tersebut. Masih banyak adat ketimuran yang dapat kita angkat demi tujuan tersebut. Bukankah kita sudah dikenal dengan "Kesantunan" adat timur, sudah dikenal dengan budaya timur yang kental dengan rasa sosial dan tenggang rasanya. Kemudian yang jelas bisa saja kita alihkan uang untuk membeli  kembang api tersebut untuk kegiatan sosial atau memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih bermanfaat.  Selamat Berjuang!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun