Mohon tunggu...
Ameylia Adzkya
Ameylia Adzkya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Uin Sunan Kalijaga (23107030121)

.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sikap Hyper Parenting Orangtua terhadap Tumbuh Kembang Anak dalam Mengenal Karakter Diri

9 Maret 2024   21:49 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pada dasarnya orang tua sangat menginginkan anaknya dapat hidup bahagia, serta memiliki masa depan yang baik dan mempunyai perilaku yang menyenangkan. Setiap anak juga berhak memiliki karakter, kepribadian diri sendiri, serta mempunyai cita-cita yang mereka inginkan. Orang tua juga tidak dapat memaksakan kehendak mereka terhadap anak-anaknya. Adapun peran orang tua menerapkan pola asuh hyper parenting juga di latar belakangi oleh adanya ketidakberhasilan para orang tua terhadap karir dan kehidupan mereka dan akhirnya mereka menerapkan pola asuh hyper parenting kepada anak-anak nya.

Meskipun pola asuh hyper parenting berasal dari rasa cinta dan rasa kepedulian terhadap anak, namun hal ini dapat menimbulkan adanya konsekuensi negative ataupun dapat mengakibtkan kesehatan mental anak terganggu dan meningkatkan stress dan tekanan terhadap anak-anak, adapun beberapa dampak negative jika menerapkan pola asuh hyper parenting:

  • Stress dan kecemasan

Tekanan yang besar terhadap dapat membuat anak merasa stress dan cemas dan pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan mental anak tersebut.

  • kurangnya kemampuan untuk mengatasi kegagalan

pada dasarnya seorang anak yang di besarkan dengan pola asuh hyper parenting akan kesulitan menghadapi  kegagalan karena para orang tua tidak mengajarkan kepada anaknya untuk menghadapi kegagalan tersebut.

  • Kemandirian yang berkurag

Biasanya anak-anak  yang dibesarkan oleh pola asuh hyper parenting cenderung tidak memiliki rasa kemandirian karena mereka sudah di atur dan di awasi oleh orang tua mereka sendiri.

Banyak sekali cara untuk meghindari dampak negative dari pola asuh hyper parenting , orang tua sangat penting untuk memberikan dukungan terhadap anak-anaknya dan membimbing serta memberi kepercayaan kepada anaknya. Adapun beberapa film yang mengandung pola asuh hyper parenting  yaitu Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini karya Marcella FP (2020), film ini disutradarai oleh Angga dwimas sasongko. Di dalam film ini terdapat beberapa scene yang mengandung unsur tentang hyper parenting yaitu

  " aku emang anak bontot tapi aku pengin kaya kakak aku yang bisa kerja hasil jerih payah sendiri". Nah biasanya orang tua yang menerapkan pola asuh hyper parenting justru menganggap anak yang tumbuh dewasa sebagai anak kecil yang perlu dilindungi. Akan tetapi seiring bertambahnya umur anak juga berhak memilih apa yang mereka inginkan.

Dalam pola asuh hyper parenting juga sangat di perlukan komunikasi yang baik karena komunikasi tersebu merupakan kunci dalam membantu anak-anak berkembang tanpa dampak negative dari pola asuh yang berlebihan ataupun pola asuh hyper parenting.

Kemudian dari sini dapat kita simpulkan bahwa peran orang tua dalam mengasuh anak sangatlah penting. Terutama dalam hal-hal yang  berkaitan dengan parenting, jika hal ini kurang maka dampak perilaku yang dihasilkan oleh anak akan berakibat fatal, misalnya kurangnya support sistem ( orang tua ) ketika si anak sedang menjalani pendidikan , tentu hal ini sangat berpengaruh pada mental healthnya. Hal ini harus segera diselesaikan jika adanya dorongan lebih dari orang tua, misalnya lebih mengutamakan akan keadaan yang sedang dialaminya pada saat apapun itu. Sehingga si anak merasaka akan adanya kehadiran sosok orang tua sebagai support sistem terbaik dihidupnya.

Tetapi, jika terlalu hyper dalam mengasuh, maka bisa saja tumbuh faktor ketertekanan yang dihasilkan oleh anak tersebut. Dengan hal ini maka jiwa karakter yang dihasilkan oleh orang tersebut tidak muncul keasliannya. Mengapa demikian? Dengan faktor karakter yang dipaksa kemudian tercipta dari adanya tekanan dari orang tua, mungkin bisa saja jika individu tersebut mempunyai kepribadian ganda yang tertanam didalam dirinya. Hal tersebut bisa terselesaikan jika, orang tua mengajarkan kemudian mengarahkan untuk mengeksplore dirinya dalam hal apapun. Dan pada akhirnya terciptalah jiwa karakter individu yang diinginkan sesuai dengan pengalaman yang dihasilkan ketika mendapatkan pembelajaran dari pengalamannya di dunia luar atau dimanapun.

Karena, dengan mengambil pembelajaran itu dapat mengubah pola pikir,pola asuh,kreativitas sosial, dan beberapa hal lainnya yang mempunyai tingkat positif yang baik untuk dirinya maupun lingkungan sekitar. Kemudian dengan hal ini, akan muncul kebermanfaatan yang baik tentunya, sehingga menuai kebaikan yang muncul secara tidak sadar( ikhlas).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun