Mohon tunggu...
Amalia Adhandayani
Amalia Adhandayani Mohon Tunggu... Freelancer - Akademisi.

Mempelajari psikologi dan kepribadian manusia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ternyata Kepribadian yang Kamu Miliki dapat Menyebabkan Penyakit Tukak Lambung!

11 Desember 2018   13:25 Diperbarui: 20 Mei 2022   23:11 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: www.lifeadvancer.com

Mengacu pada data WHO di 2017, penderita penyakit tukak lambung di Indonesia mencapai 17.494 orang atau sebesar 1.04% dari jumlah penduduk. Angka Kematian dari penyakit ini juga mencapai 9,56 per 100.000 penduduk, yang menyebabkan Indonesia menempati peringkat ke-14 di dunia untuk kasus tukak lambung sebagai penyebab kematian. Umumnya, penderita tukak lambung berusia 19-60 tahun ke atas dan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. 

Apa itu Tukak Lambung?

Tukak lambung diawali dengan gejala nyeri yang menyebar ke leher, pusar sampai punggung, terasa lebih nyeri saat perut kosong, dan hilang lalu kambuh beberapa hari atau minggu kemudian karena adanya luka di lambung.. Banyak orang yang seringkali tidak menyadari ia memiliki luka di lambungnya karena gejala yang tidak spesifik, sehingga penyakit ini cenderung diabaikan. Keadaan ini menyebabkan tukak lambung sering terlambat diobati dan mengakibatkan timbulnya komplikasi di kemudian hari.

Menurut penelitian yang dilakukan Enaganti (2006), ada berbagai faktor yang meningkatkan risiko terjangkit tukak lambung, seperti infeksi bakteri H. pylori, konsumsi obat anti inflamasi non-steroid (misal: aspirin), merokok, minum alkohol, serta memiliki riwayat keluarga dengan tukak lambung. Penyakit ini juga rentan terjadi pada orang dengan golongan darah O, karena bakteri H. pylori mudah membaur dengan antigen darah O. 

Status Sosial Ekonomi Rendah Meningkatkan Risiko 

Selain itu, menurut Sanusi (2011) penyakit tukak lambung lebih banyak dijumpai pada pasien dengan status sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan karena orang dengan status sosial ekonomi rendah cenderung melakukan berbagai perilaku berisiko, seperti merokok. Disamping itu, penelitian yang dilakukan Rosenstock dkk. juga menyebutkan bahwa semakin rendah status sosial ekonomi seseorang, maka semakin tinggi resiko untuk terpapar bakteri H. pylori . Terbatasnya fasilitas yang dapat diakses dan dimiliki oleh orang dengan status sosial ekonomi yang rendah dapat berujung pada sanitasi yang buruk. Hal ini tentunya dapat menyebabkan bakteri H. pylori mudah untuk berkembang biak dan menginfeksi manusia.

Pengaruh Stress dan Kepribadian terhadap Peningkatan Risiko Tukak Lambung

Di sisi lain, ada faktor psikologis yang mempengaruhi kecenderungan penyakit tukak lambung, seperti stress dan kepribadian. Stres fisiologis akut dikaitkan dengan peningkatan sekresi asam lambung, penurunan aliran darah mukosa, produksi lendir lambung, dan ulserasi gastroduodenal, sehingga hal ini memicu risiko penyakit  tukak lambung lebih tinggi terjadi. Stress juga berperan dalam kerusakan pertahanan kekebalan tubuh dan aliran darah gastrointestinal bagian atas, sehingga juga berpotensi untuk rentan terinfeksi bakteri H. pylori. 

Mengacu pada teori trait kepribadian Big Five yang dikembangkan Costa & McCrae, kepribadian seseorang terdiri dari 5 trait dasar, yaitu: Openness, Conscientiousness, Extraversion , Agreeableness dan Neuroticism. Trait Openness to Experience lekat dengan kreativitas, rasa ingin tahu yang tinggi, dan punya apresiasi yang tinggi terhadap karya seni. 

Sedangkan Conscientiousness memiliki kecenderungan untuk selalu teratur, terorganisir dan taat pada aturan. Trait Extraversion merupakan trait yang cenderung erat dengan sosiabilitas, asertivitas, dan memiliki tingkat energi yang tinggi. Lebih lanjut, trait Agreeableness sangat mudah untuk dipengaruhi orang lain karena mereka mudah percaya orang lain, baik hati dan memiliki rasa kasih sayang yang tinggi. Terakhir, trait Neuroticism merupakan trait yang erat kaitannya dengan aspek negatif, seperti kecemasan, depresi, dan kerentanan diri yang tinggi terhadap stress.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun