Mohon tunggu...
Amelia Nur Fauziah
Amelia Nur Fauziah Mohon Tunggu... Human Resources - Public Relations

hello, its me!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Low Achievement Student, Bagaimana Menanganinya?

28 April 2021   18:21 Diperbarui: 28 April 2021   18:31 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses belajar di sekolahan dasar. (kompas)

Perilaku low achievement student meliputi nilai akademis yang relatif rendah, kejenuhan, hingga putus sekolah kini banyak dialami siswa-siswi di Indonesia. Selain mengancam masa depan generasi muda, hal ini juga menjadi masalah bagi para pengajar atau guru. Salah satu cara yang dapat dimaksimalkan untuk mengatasi masalah ini yaitu melalui keterlibatan siswa selama proses belajar. 

Dengan kata lain, guru harus memaksimalkan potensi para siswa dengan mengikutsertakan pendapat atau peran mereka selama belajar di kelas. Program memaksimalkan keterlibatan siswa ini menjadi fondasi yang mencakup tiga aspek penting yaitu aspek perilaku, kognitif, dan emosional. Maka dari itu, para siswa akan terlatih dan terbiasa dengan situasi-situasi atau masalah di dunia nyata.

Aspek perilaku siswa merupakan kegiatan yang dilakukan langsung saat itu juga di sekolah, contohnya menaati peraturan sekolah, disiplin selama upacara, ataupun tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan aspek kognitif siswa berupaya untuk menunjukkan kualitas dari seluruh proses dan strategi pembelajaran sekolah terhadap siswa itu sendiri. Hasil seperti kemajuan dalam berprestasi, sikap yang membaik dari hari ke hari, pengaturan diri, penyesuaian diri, maupun cara menyelesaikan masalah. 

Hal tersebut juga akan mempengaruhi perkembangan aspek emosional siswa yang berkaitan dengan sisi manusiawinya terhadap seluruh properti, nilai, maupun cara mereka bersosialisasi dengan  guru dan teman-teman. Dengan kata lain, aspek emosional mempengaruhi perkembangan stabilitas emosi siswa dalam memberikan reaksi positif atau negatif dalam bersosialisasi di sekolah. 

Keterlibatan siswa di sekolah menjadi tolak ukur kualitas dan kuantitas keadaan psikologis siswa seperti reaksi kognitif, emosional dan perilaku terhadap proses pembelajaran.  Keterlibatan siswa di sekolah dihasilkan dari motivasi intrinsik atau kebutuhan individu yang membuat siswa memiliki perasaan positif dan melanjutkan praktik mereka dengan ketekunan dan kepercayaan diri, sehingga meningkatkan keterlibatan siswa di sekolah merupakan upaya yang dapat menentukan keberhasilan siswa di sekolah. 

Keterlibatan Siswa di Sekolah

Proses mengajar siswa sekolah dasar. (kompas)
Proses mengajar siswa sekolah dasar. (kompas)

Salah satu alasan kenapa keterlibatan siswa di sekolah harus menjadi fokus aktivis sekolah adalah karena keterlibatan merupakan faktor penting dari keberhasilan proses belajar dan akademik siswa di sekolah. Motivasi siswa yang kuat akan meningkatkan minat dan kemauan dalam semangat belajarnya. Keterlibatan peserta didik disebabkan oleh motivasi intrinsik atau kebutuhan individu yang diberikan membuat peserta didik merasa positif dan melanjutkan latihan dengan ketekunan dan kepercayaan diri. Hal ini akan berdampak baik pada tingkat kepercayaan diri siswa dalam jangka panjang. 

Sikap yang diambil oleh tiap siswa di dalam kelas juga berhubungan dengan teori reinforcement yang mengajarkan bahwa keterlibatan siswa di dalam kelas haruslah dalam bentuk yang positif. Contohnya, Suatu ketika, seorang siswa berteriak di dalam kelas saat sedang belajar. Maka sang guru langsung memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Dengan menerapkan hukuman tersebut, siswa yang berteriak akan merubah sikapnya untuk tidak berteriak lagi. Alhasil,  kepada siswa yang tekun mengikuti pelajaran di dalam kelas, maka sang guru harus memberikan kepada mereka semacam hadiah atau penghargaan. Jika sistem seperti ini terus diterapkan dari waktu ke waktu, maka keadaan siswa tadi pasti akan konvergen untuk mengambil sikap yang baik di dalam kelas. Demikian seterusnya, siswa akan konvergen bersikap positif dan termotivasi saat belajar di kelas.

Tidak hanya low student achievement, semua siswa sejatinya memang membutuhkan motivasi dan perlakuan yang adil dari seluruh pendukung akademiknya. Mereka harus selalu didukung dan dipercaya agar bisa percaya diri dan tidak takut gagal. Siswa yang memiliki banyak dukungan dari lingkungannya, akan menghasilkan pola pikir yang lebih terbuka dan matang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun