Keracunan makanan bisa terjadi pada siapapun di segala usia. Namun, umumnya akan lebih rentan pada ibu hamil, anak-anak, dan lansia. Hal ini karena daya tahan tubuh mereka yang tidak sekuat orang dewasa pada umumnya.Â
Termasuk dalam salah satu gangguan sistem pencernaan, seseorang akan rentan keracunan setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak steril. Selain itu, makanan yang dijual dipinggir jalan yang terkena banyak polusi yang menempel pada permukaan makanan tersebut.Â
Makanan-makanan yang tercemar oleh kuman dan virus di sekitar tentunya akan membuat gangguan pada sistem pencernaan. Contohnya, air yang tidak bersih diolah untuk mencuci bahan makanan atau peralatan masak lainnya.Â
Tak hanya itu, kamu juga berpotensi mengalami keracunan makanan apabila makanan diolah dan dimasak dengan kondisi tangan yang tidak higienis. Kuman yang ada pada tangan bisa disebabkan sebelum masak tidak mencuci bersih tangan terlebih dahulu.Â
Gejala keracunan makanan dapat terlihat setelah beberapa menit, jam, atau hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus atau bakteri. Kecepatannya tergantung dari jenis makanan dan penyebabnya.
Gejala Keracunan Makanan
Gejala yang muncul akibat keracunan makanan sangat beragam, ditentukan dengan jenis zat yang mengkontaminasi makanan yang kamu konsumsi. Gejala umum yang sering muncul, antara lain:
1. Diare
Diare muncul sebagai dampak dari kuman yang terinfeksi pada makanan dan sudah masuk ke dalam sistem pencernaan tubuh. Infeksi ini mempengaruhi usus yang harus bekerja lebih keras, yang justru tidak efisien dalam menyerap makanan dan air dalam tubuh. Sehingga menyebabkan usus menarik cairan tubuh lebih banyak.
Usus akan penuh dengan genangan air yang terlalu banyak, dan menyebabkan tekstur feses menjadi lembek dan cair. Tubuh akan berusaha untuk mengeluarkan virus dan racun dari makanan dengan cara diare. Diare biasanya muncul beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi atau dalam 1 -- 2 hari kemudian.
2. Mual dan MuntahÂ
Gejala keracunan makanan yang selanjutnya yaitu mual disertai muntah-muntah. Pada dasarnya, mual dan muntah ini merupakan bentuk refleks alami tubuh dalam mengeluarkan virus dan kuman sumber penyakit.Â
Setelah kuman terdeteksi, tubuh akan mengirim sinyal adanya ancaman ke otak yang biasa disebut zona pemicu kemoreseptor atau CTZ. selanjutnya, CTZ akan menentukan seberapa bahayanya ancaman tersebut.Â
Bila ancaman benar-benar berbahaya, CTZ akan berkomunikasi dengan anggota tubuh dalam untuk menghasilkan reaksi berupa peningkatan detak jantung, keringat dingin, hingga rasa mual.Â