Mohon tunggu...
Amelia Tiffani Ramadhanti
Amelia Tiffani Ramadhanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir yang Ingin Berkarya JANGAN LUPA FOLLOW AKU

Perempuan yang selalu berusaha imut dalam segala situasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Noctunor

10 Mei 2017   22:28 Diperbarui: 16 Juli 2019   15:58 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu usiaku 16 tahun. 

Usia labil yang ku alami. 

Kau tak perlu tau siapa namaku. Karakter ku sering berubah-ubah. Dulu, aku mengalami yang namanya dejavu berulang kali sampai aku terus penasaran. Aku pun memiliki hobby yang aneh. Keaktifanku dalam bertanya, sehingga orang terasa diinterogasi olehku. Prediksi ku ternyata betul dan itu diluar dugaanku. Dan aku sering setiap kali aku  berada dimana saja. Aku melihat sekelebat kabut itu. Kabut putih yang melesat cepat. Sudah ku bilang aku sedang melalui usia labilku. Aku tak bisa menahan emosi. Aku kini membenci seseorang. Rasanya ingin sekali kubunuh orang itu. Dengan pecahan kaca di genggaman ku. Tapi sayangnya aku menyukai seni. Aku suka sesuatu yang berirama. 

Ssssttt!! Aku sudah membawa gunting juga disaku. Aku ingin menggunting bibir dan telinganya. Aku juga membawa pisau dapur dari dapurku. Ingin aku tusukkan ke punggungnya lalu ku robek dengan cepat ke arah bawah hingga kulitnya terbuka dan terlihat daging segar bersimbah darah. Sudah jelas aku suka  melodi. Lalu aku ambil garpu dan kucolok kedua matanya. Ku congkel bola matanya dengan bantuan pisau dapur untuk memotong urat matanya. Sudah jelas seni ini kemilau.  Ku ambil sendok panas, pelan-pelan kutusukkan ke arah Ulu hatinya ku gunting  arah Ulu hati hingga ke perut. Aku mau melihat seni yang berbinar. Usus itu terburai-burai menggeliat. Ceceran darah segar bagaikan melodi yang indah diiringi permainan piano klasik. Ku jambak rambut sekencang-kencangnya dan ku tancapkan pisauku ke arah jantungnya. Ku sobek dan ku kuliti. Agar aku bisa mengambil jantung biadab itu!!. Digudang belakang rumahku tersimpan gergaji.  Ingin ku potong-potong kedua tangan dan kakinya menggunakan gergaji itu. Suara gesekan gergaji semakin membuat ku semangat. Irama indah apa lagi yang ingin ku dengar semua ada disini. 

 

Sekolah, November 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun