Zona konflik merujuk pada wilayah geografisnya terjadi pada pertikaian, peperangan, atau ketegangan antara pihak seperti negara berkelompok senjata, atau organisasi yang sifatnya militer, politik, ekonomi, atau sosial, dan berdampak pada masyarakat lokal, ekonomi global, serta stabilitas regional. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik wilayah geografis menjadi faktor utama yang mengganggu stabilitas perdagangan internasioal.Â
Dua zona konflik yang menjadi gangguan adalah Laut Merah dan Ukraina, hal ini menjadikan dampak terhadap perdagangan internasional yang masing-masing memainkan peran penting dalam rantai pasokan global. Ketegangan di kedua zona ini mengukapkan tantangan besar yang dihadapi oleh negara-negara dan perusahaan yang bergantung pada jalur ekspor-impor utama. Sehingga dapat menganggu rantai pasokan global, memicu inflasi, dan memperburuk ketahanan pangan di berbagai negara.
Krisis Laut Merah merupakan salah satu jalur perdagangan paling strategis di dunia, menghubungkan Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Ini mempengaruhi dalan situasi perdagangan dan eksportir barang. Sehingga keduannya membuat strategi ketahanan dan menyusun kepercayaan dengan jalur alternatif. Pada jalur tersebut memungkinkan kapal untuk menghindari perjalanan panjang mengelilingi benua Afrika yang panjangnya sekitar 193 kilometer dan menjadi salah satu jalur perdagangan paling strategis.
li, Seadistance.net ( 2024 ) menunjukkan bahwa mengelilingi Afrika sebagai rute alternatif ke Terusan Suez menambahkan 4575 mil laut dalam jarak pelayaran antara Shanghai dan Rotterdam dan 12 hari dalam waktu pelayaran tambahan, dengan asumsi kecepatan rata-rata 16 knot. Maka itu berdampak langsung pada harga barang, terutama untuk komoditas yang diimpor dari Eropa ke Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia biaya pengiriman barang meningkat hingga 30-40% akibat konflik yang terjadi di Laut Merah, Dengan meningkatnya biaya pengiriman tersebut, beberapa sektor pengolahan yang mengekspor barang mengalami gangguan, seperti tekstil dan pakaian jadi, furnitur, elektronik, komponen otomotif, dan produk turunan minyak sawit.
Memaparan prediksi berdasarkan karakteristik layanan kapal mingguan yang umum pada rute perdagangan Asia-Eropa Utara, dan dengan asumsi peningkatan kecepatan rata-rata hanya satu knot dalam kasus pengalihan rute Tanjung. Pengalihan di sekitar Tanjung menyebabkan total jarak pelayaran meningkat sebesar 29%, sementara total waktu pelayaran pulang pergi naik sebesar 17%
Data Linerlytica menunjukkan bahwa antara 15 Desember 2024 dan 7 Januari 2024, total 354 kapal kontainer telah dialihkan ke rute Cape, yang mewakili kapasitas 4,65 juta TEU atau 16,4% dari armada kontainer global (Container News 2024 ). Clarksons Research menghasilkan angka serupa untuk 9 Januari 2024: 364 kapal kontainer dengan kapasitas 4,2 juta TEU (Wright 2024 ). Angka-angka ini menunjukkan bahwa sekitar 80% dari semua kapal kontainer yang biasanya melewati Terusan Suez dialihkan melalui Cape. Pada akhir Desember 2023, Goldman Sachs telah melaporkan bahwa krisis Laut Merah memengaruhi sekitar 30% perdagangan peti kemas global dengan 70 hingga 80% kapal telah dialihkan, sementara UNCTAD ( 2024 ) memperkirakan bahwa volume perdagangan yang melalui Terusan Suez menurun sebesar 42% selama dua bulan terakhir. Ketika memeriksa pengumuman layanan liner dari operator dan aliansi, menjadi jelas bahwa pengalihan rute melalui Tanjung akan berlanjut hingga Februari 2024 (Xeneta 2024a ). Jelas, operator dapat beralih kembali ke rute Suez lebih awal jika situasi keamanan di Laut Merah, Bab al-Mandab, dan Teluk Aden tiba-tiba membaik. dengan perubahan jalur rute ini menunjukan betapa rentannya sistem perdagangan internasional, sehingga ketergantungan yang tinggi pada jalur ini menyebabkan gangguan besar ketika konflik ini terjadi.
Sementara itu, pada konflik di Ukraina telah membuat krisis energi dan pangan global. Salah satu eksportir utama gandum mini meningkat hingga 40% pada awal konflik, sedangkan  harga minyak bunga matahari melonjak lebih dari 50%, gangguan di Ukraina telah menyebabkan lonjakan harga pangan di banyak negara. Selain itu, ketergantungan Eropa pada gas alam Rusia, yang terpengaruh oleh konflik ini, telah memicu krisis energi yang meluas. Negara-negara di seluruh dunia harus mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, yang sering kali lebih mahal dan kurang efisien.
Terpuruknya ketidakpastian ekonomi global ini dipengaruh oleh kedua konflik tersebut. Hal ini berdampak langsung yang dirasakan oleh banyak negara. Hal ini tidak hanya berdampak pada eksportir tetapi juga konsumen yang harus menanggung kenaikan harga barang. Dari sisi konsumen juga menghadapi keterbatasan pilihan. Di mana beberapa barang yang biasanya tersedia menjadi langka atau mengalami keterlambatan pengiriman, baik itu makanan, elektronik, atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Meskipun tantangan ini signifikan, terdapat peluang untuk mengurangi dampaknya melalui diversifikasi rute perdagangan, di mana negara-negara perlu mengembangkan rute alternatif untuk mengurangi etergantungan pada rute perdagangan yang ada. Misalnya, investasi dalam infrastruktur pelabuhan di wilayah lain dapat membuka rute baru yang lebih aman. Selain itu, kerja sama internasional melalui diplomasi dan kolaborasi antarpemerintah merupakan kunci untuk menciptakan stabilitas di zona konflik. Melalui dialog dan mediasi, organisasi seperti PBB dan WTO dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan stabilitas di wilayah konflik.
Konflik di Laut Merah dan Ukraina menunjukkan betapa rentannya sistem perdagangan global terhadap ketegangan geopolitik. Negara-negara perlu mengambil langkah proaktif untuk mengurangi ketergantungan pada jalur perdagangan tertentu dan memperkuat kerja sama internasional, dan menguatkan produk-produk lokalnya. Dengan demikian, dunia dapat lebih siap menghadapi tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI