Mohon tunggu...
ameliaputri
ameliaputri Mohon Tunggu... mahasiswa

sedang belajar bagaimana cara menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Geografi Ekonomi Lingkungan: Menakar Aktivitas Ekonomi dan Uji Kelayakan Pembangunan di Indonesia

15 September 2025   23:00 Diperbarui: 15 September 2025   21:34 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembangunan sering kali dipandang sebagai jalan tunggal menuju kemajuan. Jalan tol baru, tambang yang menghasilkan devisa, atau perkebunan yang luas dianggap tanda keberhasilan. Namun, di balik angka pertumbuhan ekonomi, ada pertanyaan mendasar yang jarang kita renungkan: apa dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat? Pertanyaan inilah yang menjadi inti dari geografi ekonomi lingkungan.

Ekonomi Lingkungan: Antara Pertumbuhan dan Keberlanjutan

Ekonomi lingkungan adalah cabang ilmu yang berusaha mencari titik temu antara kebutuhan ekonomi manusia dan keterbatasan alam. Ia membicarakan bagaimana hutan, tanah, air, hingga udara dapat dimanfaatkan secara bijak, sambil tetap dijaga keberlanjutannya. Dalam perspektif ini, pembangunan bukan sekadar soal keuntungan finansial, tetapi juga soal keberlanjutan ekologi dan kesejahteraan generasi mendatang.

Mengapa Geografi Penting?

Geografi memberi kita kacamata untuk melihat di mana dan bagaimana aktivitas ekonomi itu berlangsung. Letak geografis, iklim, tanah, dan topografi memengaruhi jenis kegiatan ekonomi yang tumbuh di suatu wilayah. Sawit di Kalimantan, tambang nikel di Sulawesi, atau pariwisata bahari di Bali bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari kondisi geografis yang khas. Dengan cara pandang geografi, ekonomi lingkungan tidak berhenti pada hitungan angka, tetapi juga menelaah ruang dan dampak.

Aktivitas Ekonomi dalam Perspektif Geografi

Aktivitas ekonomi sehari-hari masyarakat Indonesia menunjukkan keterkaitan erat dengan kondisi ruang. Pertanian di dataran tinggi, selain menghasilkan sayuran, juga menentukan aliran air ke sungai. Pertambangan yang mendatangkan devisa sering meninggalkan lahan rusak jika tidak dikelola dengan baik. Pariwisata pesisir menjanjikan lapangan kerja, tetapi berisiko merusak ekosistem mangrove yang melindungi pantai dari abrasi. Semua ini menunjukkan bahwa setiap aktivitas ekonomi memiliki “biaya tersembunyi” yang tak selalu tercatat dalam laporan keuangan.

Uji Kelayakan: Menimbang Sebelum Membangun

Karena kompleksitas hubungan antara ekonomi dan lingkungan inilah, setiap pembangunan memerlukan uji kelayakan. Uji kelayakan atau feasibility study bukan sekadar menilai layak tidaknya sebuah proyek dari sisi biaya, tetapi juga dari sisi pasar, sosial, hukum, lingkungan, dan ketersediaan sumber daya manusia.

Contohnya sederhana: membangun rumah sakit di daerah pinggiran kota tidak hanya soal menghitung biaya gedung dan alat medis. Harus ditanyakan juga, apakah masyarakat dapat menjangkaunya? Apakah tersedia tenaga kesehatan yang memadai? Bagaimana limbah medis dikelola agar tidak mencemari lingkungan? Tanpa pertimbangan ini, pembangunan bisa berakhir menjadi beban, bukan solusi.

Hal yang sama berlaku pada proyek raksasa seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Proyek ini tentu diharapkan membawa manfaat ekonomi, tetapi pertanyaan soal dampak sosial, ekologi, dan keberlanjutan tetap harus dikaji mendalam. Tanpa studi kelayakan yang komprehensif, ada risiko pembangunan justru menimbulkan masalah baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun