Memasak, caraku menemukan cara bahagia

Kalau ditanya apa hal kecil yang bisa bikin aku bahagia, jawabannya sederhana: memasak.

Buat sebagian orang, memasak mungkin terasa ribet, panas, dan kadang melelahkan. Tapi buat aku, justru di dapur itulah aku merasa paling hidup. Ada sesuatu yang menenangkan ketika tangan sibuk mencincang bawang, mencium aroma tumisan yang mulai wangi, dan akhirnya menyajikan sesuatu yang bisa bikin orang tersenyum setelah suapan pertama.

Semua berawal dari kebiasaan ngintipin ibu di dapur waktu kecil. Aku senang banget duduk di sudut dapur, memperhatikan beliau mengolah bahan-bahan sederhana jadi masakan yang selalu bikin nagih. Dari sanalah rasa penasaran mulai tumbuh. Awalnya cuma bantu-bantu, lama-lama aku mulai coba masak sendiri. Gagal? Sering banget. Tapi dari situ aku belajar, bahwa masak itu soal rasa dan hati, bukan cuma soal resep.

Yang aku suka dari memasak adalah, aku bisa bebas berekspresi. Kadang aku coba resep dari internet, kadang juga aku ngarang sendiri dengan bahan seadanya. Rasanya kayak main-main tapi penuh makna. Masakan nggak harus selalu sempurna, yang penting bisa dinikmati dan bikin hati hangat.

Momen paling menyenangkan adalah saat orang lain nyicipin masakan kita lalu bilang, "Enak!" atau bahkan cuma tersenyum puas. Rasanya kayak dapet hadiah yang nggak bisa dibeli. Dari situ aku sadar, memasak bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga jadi cara sederhana buat menyenangkan orang lain.

Sekarang, tiap kali lagi stres atau suntuk, aku pasti lari ke dapur. Masak jadi semacam terapi. Nggak harus masak mewah, kadang cuma mie instan yang ditambah telur dan sayur juga udah cukup bikin bahagia. Yang penting aku bisa menciptakan sesuatu dari tanganku sendiri.

Mungkin terdengar klise, tapi lewat memasak, aku belajar banyak hal: kesabaran, ketelitian, kreativitas, dan tentu saja... cinta.

Dan buat kamu yang belum pernah nyoba masak sendiri, cobain deh sekali-sekali. Siapa tahu, kamu juga bakal jatuh cinta sama rasa yang kamu ciptakan sendiri.