Mohon tunggu...
Maya Ameliani
Maya Ameliani Mohon Tunggu... Sales - menerima, memberi, berbagi bersama

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setapak Jejak

27 Agustus 2020   00:05 Diperbarui: 27 Agustus 2020   00:15 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh: Amelia Mayha

Langkah demi langkah terasa berat. 10 anak tangga bagaikan seribu yang tak kunjug usai dia lalui. Akan tetapi, ketika anak tangga terakhirnya ia lewati, matanya berbinar, pipinya menggembang, tersenyum penuh kelegaan. Rambut tipisnya yang keriting ditiup sang angin, terlihat berkilau saat sang surya menorobos masuk dari celah atap jembatan penyebrangan yang umurnya sudah tak muda lagi.

"Kau memang si tua yang tak terawat. Sungguh menyesakkan setiap hari melihatmu seperti ini."

"Kepada siapa kau mengumpat kali ini, Salma?"

"Kepadanya, dia yang setiap pagi dan sore kita lalui bersama."

"Kita?" Aku menyunggingkan seulas senyum.

"iya, kau dan aku, untuk sekarang. Entah kalau besok."

Raut wajahnya seketika berubah. Tertunduk sejenak lalu menengadah. Lelah, mungkin kata itu yang pantas dia ucapkan ketimbang mengumpat dengan banyak kata kepada benda mati atau jembatan peyebrangan yang tak berpenghuni.

Satu tahun, kupikir sudah cukup Tuhan memberikan hukuman bagi kami lewat datangnya wabah ini. Bagaimana tidak, coba kau pikirkan hidpmu di masa lalu. Betapa sangat bebas dan menyenangkannya.

Covid-19 atau Corona, di Indonesia, khusunya kota yang saat ini aku tinggali. Kebebasan telah kembali, tapi tidak benar-benar bebas. Pemerintah telah memberlakukan new normal namun kelakuan manusia-manusianya semakin ke sini bukannya normal, malah tanpak menggila.

"Ayo, kita akan terlambat, lagi pula di sini terlalu berdebu, kau tidak ingin melihatku di sini tergeletak tak bernyawa bukan?" Salma, hendak meraih tanganku. Namun, segera kutarik tanganku dan menyembunyikannya ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun