Mohon tunggu...
Amelia Ratih Amanda
Amelia Ratih Amanda Mohon Tunggu... Freelancer - Gadih minang-PII Wati

Ribet dan ricuh di tulisan, simpel dan kalem didunia nyata.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menebak Isi Kepala Orang yang Masih Berkeliaran di Luar Rumah Ketika Pandemi

10 April 2020   10:18 Diperbarui: 13 April 2020   01:23 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang di tengah pandemi. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Walaupun kita telah mengantisipasi dengan memakai masker dan hand sanitizer, semua itu tetap tidak ada artinya kalau kita semua tetap keluar rumah dalam waktu lama dan berkumpul tanpa tujuan yang jelas. 

Banyaknya masyarakat awam yang kurang edukasi mengenai gejala Covid-19 ini, tentu mengakibatkan sedikit kerumitan untuk mengenal mana orang yang sudah terjangkit virus dan mana yang belum. Ditambah lagi dengan simpang siur informasi mengenai Covid-19 ini. 

Banyak oknum tidak bertanggungjawab yang dengan seenak isi perutnya menekan tombol copy paste dan share ke grup di sosial medianya tanpa bertabayyun dan mencari kebenaran setiap informasi yang diterima. 

Hal ini tentu membuat masyarakat kebingungan mana petunjuk dan informasi yang seharusnya dicatat baik-baik dan mana informasi yang seharusnya di delete saja. Apa jangan-jangan hal-hal yang seperti ini yang membuat kita menyepelekan makhluk Allah yang satu ini?

2. "Apa? Takut? Jadi kalian lebih takut sama virus daripada sama Tuhan?"

Wow! Ini pertanyaan yang sangat absurd menurut saya pribadi. Kenapa saya mengatakan demikian? Bagi saya, kata-kata itu tak lain dan tak bukan adalah gejala menyombong di depan Tuhan lewat ungkapan "Takutlah Pada Allah, Jangan Takut Virus Corona". 

Bagi masyarakat awam dalam beragama, pernyataan semacam itu terkesan sesuatu yang benar, padahal mengandung banyak kebatilan yang membahayakan. 

Komentar tersebut keliru dan berbahaya disampaikan pada saat Covid-19 mewabah, karena manusia terkesan berpasrah total pada Allah sebelum ada usaha yang maksimal, memotivasi diri untuk terlalu percaya diri dan tidak waspada, serta berpotensi memengaruhi banyak orang untuk bersikap tidak peduli apakah ia tertular atau menularkannya. 

Padahal, yang harus kita sadari Covid-19 adalah salah satu ciptaan-Nya. Tidak etis saja rasanya jika kita membandingkan takut dengan virus bersamaan dengan takut dengan Tuhan. Pastilah Allah memiliki maksud tersendiri dalam penciptaan segala sesuatu yang ada disemesta raya ini. Wallahu a'lam bish-shawwab.

Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang beriman yang kuat--yang ia lebih dicintai oleh Allah--karena ia terus berusaha dan ikut bekerja sama agar ia tidak tertular Covid-19, apalagi turut menularkan kepada saudara-saudaranya yang semula sehat wal afiat. 

Orang yang takut kepada Allah itu tidak egois, ia pasti amat penyayang kepada orang-orang disekitarnya, sebagaimana ia sayang kepada dirinya sendiri. Bertawakkal (berpasrah diri secara total) kepada Allah itu bisa kita lakukan setelah upaya-upaya yang maksimal. Upaya menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang disekitar kita adalah bagian amat penting dari sebuah klaim ketakwaan kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun