Mohon tunggu...
Amelia Ratih Amanda
Amelia Ratih Amanda Mohon Tunggu... Freelancer - Gadih minang-PII Wati

Ribet dan ricuh di tulisan, simpel dan kalem didunia nyata.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Menebak Isi Kepala Orang yang Masih Berkeliaran di Luar Rumah Ketika Pandemi

10 April 2020   10:18 Diperbarui: 13 April 2020   01:23 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang di tengah pandemi. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Setidaknya sudah satu minggu belakangan saya mengamati lalu lintas masyarakat di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat yang dikabarkan tetap meramaikan jalan raya disepanjang Jalan Soekarno-Hatta dan jalan-jalan lainnya di Kota Payakumbuh. 

Mereka tampak abai akan anjuran pemerintah untuk menerapkan social distancing atau yang belakangan ini lebih dikenal dengan istilah physical distancing.

Saya mencoba bertanya kepada teman kuliah saya yang masih stay di Kota Pekanbaru. Ia menceritakan hal yang tak jauh berbeda kepada saya. "Iya tih, di Panam ni a, masih banyak jugak yang nongki-nongki sama gengnya" Ungkapnya dengan logat ala kawula muda Pekanbaru.

Saya tidak habis pikir, ditengah Pandemi yang sudah membuat seisi dunia panik ini masih saja ada orang yang tidak peduli dengan kesehatan dirinya sendiri dan kesehatan orang-orang disekitarnya. Dengan berkumpul seperti itu, secara tidak langsung mereka membuka peluang untuk penyebaran Covid-19 dilingkungan mereka.

Maksud saya seperti ini, kalau niatnya cuma keluar sebentar untuk membeli sembako, membeli voucher internet, mengisi token listrik, atau hal darurat lainnya, tentu tidak apa-apa. Nah, yang bikin gerah itu muda-mudi yang masih ngumpul bareng ditepi jalan, kakak cantik dan abang ganteng yang masih update instastory di mall , ataupun ibu-ibu yang maksain arisan tetap jalan.

Saya jadi penasaran, apa sih yang ada didalam pikiran orang-orang yang masih suka keluyuran nggak jelas itu? Apa mungkin mereka  ngerasa punya sembilan nyawa seperti si-meong kali ya, makanya mereka seenaknya masih nongki di cafe yang katanya asique itu?

Setelah saya pikir-pikir ulang, setidaknya ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan perilaku orang-orang yang masih suka keluyuran nggak jelas di tengah pandemi.

1. "Ah, masih aman. Kan orang disekitarku belum ada yang kena."

Kalau saya bertemu dengan orang yang punya pemikiran seperti ini, ingin rasanya saya ngebisikin "Eh, jadi kamu nunggu ada yang kena dulu biar nggak keluar rumah? Pssttt, kalau kamu yang duluan kena gimana, hehehe." 

Kita tentu sepakat bahwa virus corona sangat berbahaya. Ada begitu banyak orang kehilangan nyawa. Ada jutaan bahkan puluhan juta orang yang sudah kehilangan pekerjaan diseluruh dunia. Berbagai kegiatan terhambat, bahkan mandek.  

Jadi, please, setidaknya kita ikut berusaha memutus mata rantai penyebaran virus corona ini dengan #DirumahAja. Jangan jadikan lingkungan kita yang 'katanya' masih aman sebagai dalih untuk tetap beraktivitas yang tidak penting di luar rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun