Ditangan Ambuga, karya sastra tidak lagi sekedar teks cukup sebatas dibaca di ruang pribadi sambil mengunya permen karet, melainkan coba mengembalikan sebagai pentas publik dan sekaligus menjadi alat memprovoaksi problem moral, ideologi, bahkan kehidupan politik bangsa ini.
Kiblat perjuangan Ambuga seperti inilah akan membuat karyanya tetap hidup. Ada semangat zaman yang diusung didalamnya; persolaan manusia dan kemanusiaan.
Selamat membaca..
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!