Mohon tunggu...
Shita R.Rahutomo
Shita R.Rahutomo Mohon Tunggu... Administrasi - perempuan penyuka traveling, seni, masak dan kuliner juga hujan

Officer, menulis, gila baca, traveling, blogger, makan dan masak enak, ingin jadi ibu yang baik dan bermanfaat bagi sesama, pemimpi,

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Desaku yang Kucinta

25 April 2023   23:53 Diperbarui: 25 April 2023   23:58 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana dari teras rumah saat menikmati hujan sambil ngopi nikmat sekali Dok. Shita R

Desaku Yang Kucinta

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku

Tempat Ayah dan Bunda, dan handai taulanku

Tak mudah kulupakan , tak mudah bercerai

Selalu kurindukan desaku yang permai

Karya Ibu Sud

Siapa yang bisa menyanyikan lirik lagu di atas? Untuk generasi Z pasti sebagian besar tak tahu lagu ini bahkan mungkin tak pernah mendengarnya sekalipun. Semoga lagu ini menjadi sedekah jariyah bagi Ibu Sud yang menciptakan lagu-lagu indah pembentuk karakter anak yang baik.

Saya anak desa, dan saya tak malu mengakuinya. Banyak tokoh-tokoh besar Republik Indonesia berasal dari desa. Pak Karno, Pak Harto, Pak SBY, Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan masih banyak lagi. Desa yang tenang dan indah adalah menjadi kawah candradimuka, penempa karakter seseorang menjadi calon pemimpin bangsa. Kita pasti pernah membaca atau setidaknya mendengar bahwa di jaman dulu, rata-rata para pangeran calon raja diungsikan ke rumah kerabat yang tinggal di desa untuk ngangsu kawruh (belajar) ilmu filsafat, pemerintahan, ilmu bela diri dan siasat perang dll di bawah asuhan seorang Begawan. Desa yanga sri, yang tak mengutamakan materi menjadi tempat yang cocok bagi calon raja belajar kondisi negaranya, berinteraksi dengan rakyatnya, banyak berpikir dan menelaah dll. Jika anda seorang pecinta wayang, pasti paham jika Pandawa Lima gemar sekali bertapa dan berguru pada beberapa Begawan yang memiliki padepokan. Selain olah raga mereka juga olah pikir dan olah jiwa. Dimana letak tempat bertapa dan padepokan para begawan berada? Tentu saja di desa yang masih asri sunyi dan indah dengan orang-orangnya yang berjiwa murni.

Meski saat ini desa tidaklah sehening dan sesunyi di masa silam, tetapi desa selalu menjadi alasan yang tepat untuk dirindukan. Pertama jelas faktor kenangan. Lahir dan tumbuh di desa tentu mengguratkan banyak kenangan manis saat hidup di desa. Sawah yang menghijau, udara yang bersih dan sejuk, serangga-serangga yang mengeluarkan bunyi-bunyian aneh. Pohon-pohon buah baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar yang selalu menghadiahi kita buah. Sebagian kisah masa kecil itu telah kutuliskan di  Cerita masa kecilku saat Ramadhan. Bagaimana kita menikmati menyusuri sungai mencari ikan-ikan kecil untuk dipelihara dan dibawa pulang. Senangnya memanjat dan bergelayutan di pohon-pohon besar  yang liat seperti pohon jengkol, lalu saat musim penghujan, jamur liar tumbuh di sela-sela tanaman padi dan tebu, pohon melinjo, pohon kelapa dll. Belum lagi saat hausm kita bisa memetik buah kelapa muda dari tanah kita sendiri sebanyak yang kita mau (karena gratis) dan saat meminumnya di kebun terasa lebih segar.

Faktor Kedua, desa adalah tempat untuk belajar mandiri dan bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Ini pasti dialami banyak orang. Bahkan sudah dijadikan konten sosmed yang disukai banyak orang. Selorohan "Kalau lagi ga punya uang, lepas saja di kebun nanti juga kenyang." Ini dialami oleh banyak orang. Rumah orang desa rata-rata punya halaman yang cukup luas sehingga mampu memanfaatkan lahan kosongnya untuk ditanami berbagai jenis sayuran dan buah-buahan seperti cabai rawit, tomat, seledri, bunga telang, labu siam, tanaman singkong, talas padi, tanaman mangkokan, kacang panjang, pohon pepaya, pohon kelapa, dll. Contoh makanan yang bisa dihasilkan dari kebun samping rumah seperti oseng daun pepaya, tumis pepaya muda pedas, urap daun singkong, botok petai china, lalap labu godog, uat sambal dadak. Untuk kudapan bisa buat kolak dari pisang kebun sendiri, getuk singkong, aseupan talas urap kelapa, dll. Belum lagi kita bisa menanam berbagai macam rempah dan empon-empon (tanaman obat) sebagai apotik hidup. Jika batuk tinggal buat ramuan beras kencur yang kencurnya mengambil dari kebun sendiri, agar menstruasi lancar tinggal buat jamu kunyit asam, kalau keputihan tinggal ambil daun sirih yang direbus sebagai minuman dan buat cebok di daerah kewanitaan, masuk angin bisa ambil daun jarak diremas-remas pakai minyak kayu putih ditempelkan ke punggung sambil nyeruput wedang jahe gula aren. Jadi sebagian kebutuhan mampu dipenuhi sendiri. Termasuk sumber protein hewani yang bisa diperoleh dari pelihara ayam kampung, membuat empang yang diisi lele atau ikan nila, atau pelihara kambing, kalau di Kaliurang kambing etawa dipelihara untuk diambil susunya. Supaya tidak amis dan mengurangi bau prengus susu kambing dimasak dengan gula merah dan ajhe. Enaaak sekali. Sampai sekarang saya masih ingat bagaimana rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun