Mohon tunggu...
Amar Prasetyo Aji
Amar Prasetyo Aji Mohon Tunggu... Atlet - Membaca adalah jendela dunia

Manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembelajaran Sepanjang Hayat

22 Oktober 2019   08:54 Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebiasaan tersebut dapat menjadikan siswa kurang memahami materi bahkan tidak memahami materi sama sekali karena lebih memilih bolos sekolah dan bermain PS dan/ke warnet bermain game online yang tentu saja lebih seru bagi remaja yang sedang masa pubertas daripada di dalam kelas yang membosankan. 

Kenyataan tersebut sulit terhindarkan karena remaja memang cenderung tidak stabil dan lebih sering mengikuti teman-temannya dalam berbagai hal, tapi sebenarnya perilaku di atas masih termasuk dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran bukanlah sesuatu yang terjadi di dalam kelas saja tetapi dalam setiap kegiatan merupakan suatu pembelajaran.

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986 : 1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. 

Kemampuan ( competencies ), keterampilan ( skills ), dan sikap ( attitudes ) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. (Udin, 2014:  hlm5)

Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne (1985) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah:


1. Belajar Isyarat ( Signal Learning )

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti berbicara ketika mendapat isyarat menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh ribut ; atau berhenti mengendarai sepeda motor di perempatan jalan pada saat tanda lampu merah menyala. (Udin, 2014: hlm 9-10)

2. Belajar Stimulus-Respon ( Stimulus-Response Learning )

Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar. Misalnya, menendang bola ketika bola ada di depan kaki, berbaris rapi karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di belakang, dan sebagainya. (Udin, 2014: hlm 10)

3. Belajar Rangkaian ( Chaining Learning )

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon ( S-R ) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, ibu-bapak, kaya-miskin, dan sebagainya. (Udin, 2014: hlm 10)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun